ISLAM AGAMA SYUMUL

FIRMAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA; "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan, kerana sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [TMQ AL-BAQARAH(2):208]

MASA ITU EMAS


BERLEPAS DIRI DARI SISTEM KUFUR

BERLEPAS DIRI DARI SISTEM KUFUR

Propaganda dan Berjuang untuk Ashabiyah, Haram !

Allah Swt. Telah memberikan kepada kita Dinul Islam, meliputi aqidah dan syariat yang menuntun dan mengatur umat manusia menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Allah Swt telah memuji orang-orang yang mengajak (mendakwahkan) ajaran Allah (iaitu Islam) ini.

Sebagaimana firmanNya :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (mendakwahkan) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata : 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslimun).” (QS. Fushshilat : 33)

Bahkan Allah Swt menempatkan kedudukan orang-orang yang berjuang bukan untuk Islam, tunduk kepada ideologi kufur (selain Dinul Islam), sebagai orang-orang yang merugi, dan seluruh aktiviti amalnya itu tertolak.

Firman Allah Swt :

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Ali Imran : 85)

Oleh kerana itu, kelompok manapun dari kaum Muslim, yang mempropagandakan ideologi dan ajaran selain islam, --seperti Demokrasi, Sekularisme, Pluralisme, Emansipasi, Kapitalisme, Sosialisme, Globalisasi-- yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan nyata-nyata ajaran tersebut berasal dari bangsa-bangsa kafir, haram
hukumnya!

Begitu pula, propaganda yang memunculkan syi'ar-syi'ar jahiliyah, seperti fanatisme golongan, fanatisme individu, fanatisme kepartian, dan sejenisnya --yang dikenal dalam Islam dengan istilah ashabiyah-- juga diharamkan secara syar'i.

Rasulullah saw bersabda :

“Siapa saja yang menyeru kepada ashabiyah (fanatisme golongan) maka dia tidak termasuk golongan kami (kaum Muslim).” (HR. Abu Daud)

Islam juga menetapkan siapa saja yang mati kerana membela dan memperjuangkan ashabiyah, maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, bersabda :

“Dan siapa saja yang berperang di bawah panji kejahilan, ia marah kerana ashabiyah, atau menyeru kepada ashabiyah, atau ikut menolong (membantu) kerana ashabiyah, kemudian ia terbunuh, maka matinya adalah mati jahiliyah.” (HR. Muslim)

Atau, mereka menyeru slogan-slogan yang dinisbahkan kepada Demokrasi, Reformasi, Sosialisme, Kapitalisme, dan sejenisnya yang nyata-nyata bertentangan dengan Islam dan jelas-jelas tidak memperjuangkan Islam ? Atau, diantara mereka secara buta membela, mempertahankan dan menyeru ashabiyah (fanatisme) terhadap kelompok mahupun tokoh-tokohnya? Perhatikanlah, termasuk kepada golongan mana mereka menuju ?

Berlepas diri dengan Sistem Kufur

Peperangan antara Haq dan Bathil tidak akan pernah berhenti, sama halnya juga peperangan antara Islam dan kekufuran tidak akan pernah padam. Begitu juga antara Islam dan kekufuran tidak akan pernah kompromi dan menjalankan kesepakatan melalui jalan tengah.

Kekufuran, dapat dimanifestasikan bukan saja dalam bentuk ajaran-ajaran atau ideologi kufur, tetapi juga dalam bentuk pelaksanaan sistem hukum kufur, yang dijaga dan dijalankan oleh para penguasa zalim.

Penguasa itu bermacam-macam. Ada penguasa yang adil, yang memerintah dengan syariat Allah. Ada juga penguasa yang jahat, zalim, fasik dan kafir. Kepada penguasa yang adil, kita diminta untuk membantu dan membelanya, serta mengikat hati masyarakat agar tetap berada di sekelilingnya. Sebaliknya, terhadap penguasa yang melakukan kesalahan dan penyelewengan, kita dituntut untuk menasihatinya. Sedangkan terhadap penguasa yang jahat, zalim, dan fasik, syariat Islam telah memerintahkan kepada kita untuk melakukan mufaroqoh (memisahkan diri/berlepas diri), tidak condong kepada mereka, tidak membantu mereka dalam menjalankan kejahatan serta tidak memberikan pengakuan dalam bentuk apapun terhadap sikap dan tindakan mereka di hadapan umum. Bahkan tidak cukup hanya dengan berlepas diri saja. Kita juga diharuskan melakukan usaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki, atau mengubah mereka.

Namun, terhadap penguasa kafir, kaum Muslim tidak boleh rela dipimpin oleh orang-orang kafir di negeri mereka sendiri. Apabila hal itu terjadi, kaum Muslim harus melakukan usaha perubahan (taghyir), bukan sekadar berlepas diri.

Menjauhkan diri dari sistem kufur, kezaliman, dan berlepas diri dari ikatannya adalah perkara yang diwajibkan atas seorang Muslim. Dalam bentuk praktisnya sikap seorang Muslim untuk berlepas diri dari sistem kufur, dan kezaliman nampak dengan cara menolak kerja sama dengan sistem hukum kufur (iaitu sistem yang menjalankan hukum selain Islam).

Berdasarkan firman Allah Swt. :

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah : 44)

“Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 45)

“Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maidah ; 47)

Ketegasan al Quran dalam menyikapi kekufuran, kefasikan dan kezaliman, yang penampakannya di tengah-tengah masyarakat digambarkan dalam sistem kekuasaan/pemerintahan yang tidak menjalankan hukum berdasarkan apa yang diturunkan Allah, dipertegas oleh hadis Nabi saw, yang memerintahkan kita –kaum Muslim- untuk menjauhkan diri, tidak terlibat dengan aktiviti mereka, tidak mendokong, tidak mentaatinya, tidak meredhai keputusan-keputusannya.

Rasulullah saw bersabda :

“Akan datang kepada kamu para penguasa. Mereka mengucapkan (janji-janji) yang tidak mereka kerjakan, dan melakukan apa yang tidak mereka ketahui. Barangsiapa yang menjadi penasihat, pembantu, dan pemerkuat kekuasaan mereka, maka mereka akan binasa dan membinasakan (umat).” (HR. Thabrani)

“Sesungguhnya akan datang kepada kamu para penguasa yang mendekatkan orang-orang jahat (sebagai pembantu dan penasihat di sekitarnya) dan mengakhirkan waktu shalat. Oleh kerana itu, siapa saja diantara kamu yang menjumpai hal itu, janganlah menjadi wakil rakyat, polis, staf administrasi (penulis pendapatan negara), dan bendahari (penyimpan kas negara).”
(HR. Ibnu Hibban, yang sanadnya dishahihkan oleh al-Albani).

Dengan demikian, jika nash-nash diatas tadi mengharuskan kita –kaum Muslim- bersikap tegas dengan berlepas diri terhadap para penguasa mereka yang memelihara dan menjalankan sistem kufur, maka terhadap para penguasa Muslim yang menghalang-halangi dan memerangi usaha tegaknya sistem hukum Islam, menghalalkan apa yang diharamkan Allah, mengingkari janji-janji Allah, menyalahi sunah Rasul, memperkosa hak-hak hamba Allah, bersujud kepada hukum thaghut, dan bersahabat dengan musuh-musuh Allah (Yahudi dan bangsa-bangsa kafir Imperialis), terhadap mereka layak memperoleh sikap lebih keras lagi.

Maka, sayugianya kita hanya berpihak kepada Islam, kepada sistem hukum Islam, dan kepada penguasa Muslim yang adil, iaitu yang menjalankan pemerintahannya sesuai dengan apa yang diturunkan Allah, yang menjaga dan memberikan jaminan atas dilaksanakannya sistem hukum Islam secara total. Terhadap selainnya, ajaran Islam telah memberikan tuntunan kepada kita –kaum Muslim-, sebagaimana yang telah dipaparkan diatas.

Penutup

Saat ini, umat Islam dihadapkan dengan berbagai fenomena yang bermuara kepada kebimbangan dan kebingungan. Itu kerana, Islam sudah tidak dijadikan lagi sebagai rujukan, acuan dan tolok ukur dari sikap-sikap mereka.

Tatkala umat dihadapkan dengan idea-idea dan pemikiran yang bertentangan dengan Islam, mereka malah mengkompromikan dan menjadi bahagian dari pemikiran-pemikmiran kufur. Tatkala umat diuji dengan kewujudan para penguasanya yang zalim, yang tidak menjalankan aturan-aturan Allah, meninggalkan sunah RasulNya, sebahagian dari kita malah terlibat dengan putaran permainan politik dan kekuasaan mereka. Tatkala umat dihadapkan dengan perpecahan dan munculnya kelompok-kelompok, yang bahkan saling bermusuhan dan menghancurkan satu dengan yang lain, kita bahkan menjadi hujung-hujung tombak dari kelompok-kelompok semacam itu.

Sudah saatnya umat kembali mendalami ajaran-ajaran Islam, mengambil tuntunannya yang mulia, mengeratkan kembali ukhuwah kita, memperbaiki dan merubah sistem yang bertentangan dengan sistem hukum Islam, serta bersama-sama menghadapi kekufuran dan peradaban kufur sebagai musuh kaum Muslim.

Firman Allah :

“Maka menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.”
(QS.Ali Imran: 103)

Rasulullah saw bersabda :

“Seorang muslim adalah saudara sesama muslim (yang lainnya), dia tidak boleh menzalimi, dan tidak boleh menyerahkannya kepada musuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh amat nista, seorang muslim yang menyerukan seruan jahiliyah (berupa fanatisme golongan, kelompok, mazhab, tokoh), mahupun menyerukan idea-idea kufur (seperti Demokrasi, Pluralisme, Sekularisme, Sosialisme, Kapitalisme), terlebih lagi satu dengan yang lain saling menyerang dan membunuh, demi ashabiyah (fanatisme golongan) nya mahupun membela seruan-seruan kufur.

Ingatlah seruan Rasulullah saw :

“Seorang mukmin tidak boleh membunuh seorang mukmin (lainnya) kerana (membela) seorang kafir. Seorang mukmin tidak boleh menolong seorang kafir untuk (melawan) seorang mukmin. Dan sesungguhnya jaminan perlindungan Allah adalah satu, yang akan menjangkau orang terendah dari mereka. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah penolong bagi sebahagian lainnya. Mereka berbeza (memiliki ciri khas) dengan manusia lainnya.”
(lihat Sirah Ibnu Hisyam, jld I/501)

Maka, kita semua sesungguhnya berjuang untuk apa dan kerana siapa ?

Wahai kaum muslimin, Renungkanlah !

Allah Swt. berfirman:
“Janganlah orang-orang Mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali (kawan/penolong).” (QS Ali Imran [3]: 28).

1 comments:

  1. insidewinme said...
     

    Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

Post a Comment



 

MENGENAL HIZBUT TAHRIR