SAATNYA MILITER MEMIMPIN PERUBAHAN
Saatnya Militer Memimpin Perubahan
Tahun  2011 adalah tahun buruk bagi para rezim tiran dan negara-negara kafir  Barat yang menanamnya. Pasalnya, kaum Muslim Arab tiba-tiba melakukan  revolusi terhadap kediktatoran para pemimpinnya. Sejauh ini umat telah  sukses menumbangkan tiga pemimpin rezim tiran: Zainal Abidin ben Ali,  Hosni Mobarak dan Muammar Gaddafi. Nasib tragis menimpa Ben Ali yang  kini dalam suaka politik di Arab Saudi. Hosni Mobarak pun telah jadi  pesakitan karena tuduhan korupsi dan pelanggaran HAM selama aksi protes  berlangsung. Nasib Gaddafi jauh lebih tragis dan mengenaskan, ia  ditangkap dan ditembak mati oleh rakyatnya sendiri di Sirte, kota  kelahirannya. Masih ada dua penguasa tiran yang sekarang sedang digoyang  rakyatnya untuk ditumbangkan, Ali Shalih yang tidak pernah shalih  (baik) pada rakyatnya, dan Assad (pemberani) yang hanya  berani membantai rakyatnya sendiri. Yang pasti bahwa nasib keduanya akan  berakhir seperti para tiran yang lebih dulu mendapatkan balasan atas  kekejaman dan kezaliman yang telah mereka lakukan terhadap rakyatnya. 
Pelajaran dari Revolusi Umat
Revolusi yang mewarnai negeri-negeri Arab hingga saat ini menunjukkan kepada kita sejumlah fakta. Pertama:  bangsa Arab adalah bagian dari umat Islam. Apa yang terjadi di suatu  wilayah akan berpengaruh pada wilayah-wilayah umat Islam yang lain.  Sekat-sekat wilayah yang dibuat oleh kaum kafir penjajah sangat lemah  dan rapuh sehingga mustahil mampu menghentikan arus perasaan dan  pemikiran yang mengalir dengan derasnya di dalam tubuh umat. Nu’man bin  Basyir ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan  orang-orang beriman dalam hal mereka saling mencintai, menyayangi dan  mengasihi, bagaikan satu tubuh, apabila ada bagian dari tubuh itu yang  sakit, maka membuat bagian tubuh yang lain tidak bisa tidur dan demam.” (HR al-Bukhari dan Muslim). 
Kedua:  umat Islam bukanlah mayat (kaum yang tidak berdaya), sebagaimana  musuh-musuh umat senantiasa berusaha melekatkan dan bahkan menjadikan  sifat itu tetap berada dalam diri umat. Umat Islam adalah umat yang  memiliki ruh (spirit) jihad, keagungan, kekuatan dan pengorbanan. Lihatlah, bagaimana para kafilah  syuhada berguguran setiap hari; kaum Muslim laki-laki dan perempuan,  orang tua dan anak-anak begitu sabarnya menghadapi cobaan dan hantaman  alat-alat kekejaman para penguasa tiran. Semua ini menunjukkan adanya  tambang kemuliaan yang tersimpan dalam diri umat yang sangat besar ini,  yang tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. 
Ketiga:  berakhirnya kondisi kecemasan, ketakutan dan keputusasaan yang  menyelimuti umat Islam; lalu beralih pada kondisi penentangan dan  pencarian akan kedudukan yang seharusnya di antara semua umat; dan  kemudian beralih pada pemberontakan terhadap perintah para tiran,  penggulingan dan pembersihan terhadap semua pengaruhnya. Rasulullah saw.  bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ أُمَّتِى تَهَابُ أَنْ تَقُولَ لِلظَّالِمِ يَا ظَالِم فَقَ د تُوُدِّعَ مِنْهُمْ
Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang zalim, “Hei zalim!” maka tidak bisa diharap lagi kebaikan dari mereka (HR Hakim). 
Faktanya, umat sekarang malah dengan suara lantang membelah awan di langit berteriak ingin menumbangkan rezim sehingga menciptakan mimpi buruk para rezim tiran. Artinya, dalam diri umat masih tersimpan kebaikan.
Keempat:  tampak sekali bahwa umat percaya dan berpegang teguh dengan agamanya di  setiap tempat; mulai dari Tunisia, kemudian bergulir ke Mesir, Libya,  Yaman dan Suriah. Teriakan “Allâhu Akbar” dan seruan untuk  “Menegakkan Khilafah” bergema di setiap tempat. Ketika Syaikh Zandani  berorasi di “Taghyir Square” dan menyampaikan kabar gembira akan segera  tegaknya kembali Khilafah, maka ribuan massa menyambutnya dengan  teriakan “Allâhu Akbar”! Kenyataan inilah yang membuat Assad  mengeluarkan ocehannya dengan berkata, “Ada sebagian orang yang  menginginkan kita kembali ke masa kebodohan dan kemunduran. Padahal kita  sudah sampai pada abad dua puluh satu, era kemajuan dan modern.”
Kelima:  kaum perempuan umat Islam bukanlah kaum yang terbelakang dan bodoh,  seperti yang senantiasa digambarkan Barat dan para anteknya terhadap  mereka. Mereka adalah para perempuan yang suci dan terhormat, yang  dengan penuh keberanian ikut berpartisipasi dalam memikul permasalahan  umat. Bahkan mereka ikut berkorban sama seperti kaum laki-laki. Potret  nyata tentang mereka tampak sekali di Yaman, Mesir, Libya, Syam (Suriah)  dan lainnya. Mereka adalah para Khansa’ saat ini, yang ketika  kehilangan suami dan anak-anaknya; mereka menghadapinya dengan penuh  kesabaran dan keteguhan, serta hanya berhadap ridha Allah SWT. 
Keenam:  apa yang disebut dengan kekuatan dan partai-partai oposisi tidak lain  hanyalah wajah lain bagi rezim di setiap negeri yang mengklaim di  dalamnya ada kelompok oposisi. Rezim menggunakan sebagian mereka kapan  saja rezim menginginkannya; atau Amerika dan Eropa menggunakan sebagian  yang lain untuk membantunya guna memalingkan dari semua kesuksesan  revolusi. Lihat, partai-partai mereka di Mesir, Tunisia, Libya dan  lainnya, sama sekali tidak punya misi selain menduduki kekuasaan. Mereka  tidak peduli sedikit pun dengan kritikan para pemuda revolusi terhadap  mereka. 
Ketujuh:  upaya Barat yang dipimpin Amerika dalam memasarkan konsep negara sipil  demokratis, juga upaya menjauhkan kaum Muslim untuk kembali pada akarnya  yang sahih (benar) dengan berpegang teguh pada pemahaman agama mereka  serta hukum-hukumnya, maka itu tidak lain hanyalah penyesatan yang tidak  sesuai dengan karakteristik umat.
Kedelapan:  revolusi umat terhadap para penguasa tiran yang dibuat dan dipelihara  oleh negara-negara penjajah Barat selama beberapa dekade adalah bukti  kegagalan Barat yang dipimpin Amerika. Revolusi juga menjadi indikasi  tentang mulai berakhirnya periode pemerintahan despotik dan berakhirnya  pengaruh Barat di negeri-negeri kaum Muslim serta indikasi kembalinya  periode baru, insya Allah, yaitu periode Khilafah Rasyidah yang kedua. Rasulullah saw. bersabda: “…Kemudian akan kembali Khilafah yang tegak di atas metode kenabian.” (HR Ahmad).
Kesembilan:  revolusi tidak akan sukses tanpa dukungan dan perlindungan militer,  yang tercermin dalam angkatan bersenjata. Sungguh hal ini telah terjadi  di Tunisia dan Mesir. Di sana militer melindungi para pejuang revolusi  hingga berhasil menggulingkan dua pemimpin rezim tiran. Berbeda dengan  Libya, proses perubahan di sana ditandai dengan kekerasan berdarah oleh  Gaddafi, sebab kekuatan militer ada dalam genggamannya melalui salah  satu putranya, meski akhirnya Gaddafi tewas mengenaskan. Begitu juga  dengan apa yang terjadi di Yaman. Adapun di Suriah, militer berada dalam  genggaman pemerintah, sekalipun ada inidividu-individu militer yang  melakukan pembangkangan. Namun, ke depan akan ada kabar gembira tentang  perubahan besar dalam militer Suriah, dan peranannya secara riil dalam  operasi perubahan untuk kepentingan Islam, tentu dengan izin Allah SWT.
Kesepuluh:  Amerika dan Eropa sejauh ini benar-benar telah gagal dalam menyesatkan  para pejuang revolusi, khususnya di Tunisia dan Mesir, serta gagal  menjadikan mereka merasa puas dengan melengserkan dua pemimpin rezim.  Amerika dan Eropa juga gagal merealisasikan kebebasan dan kehidupan  layak yang menjadi salah satu tuntutan masyarak dalam melakukan  revolusi. Lihatlah, masyarakat kembali menyerukan revolusi di jalanan,  serta di pusat-pusat kota Tunisia dan Mesir. Jumat demi Jumat ratusan  ribu bahkan jutaan umat kembali melakukan revolusi menuntut terwujudnya  apa yang mereka harapkan. Alhamdulillah, seruan tegaknya Khilafah  mewarnai Mesir melalui dakwa sejuta umat untuk penerapan syariah.  Sungguh, umat begitu menginginkan penerapan syariah oleh generasinya dan  juga oleh para perwira militernya. 
Harus Terus Dikawal
Fakta  tentang berbagai keberhasilan revolusi umat di lapangan ini sangatlah  penting. Karena itu, revolusi umat harus terus dikawal hingga  menghasilkan apa yang diinginkan, yaitu kebebasan sejati yang tercermin  dalam penolakan ketundukan kecuali hanya kepada Allah SWT semata. Dalam  proses pengawalan ini ada sejumlah hal penting yang harus diperhatikan. Pertama:  tubuh besar yang tercermin dalam kumpulan umat ini, namun sebagian  mulai bergerak tanpa satu komando yang mengarahkannya. Oleh karena itu,  harus dicari pimpinan yang memenuhi syarat kepemimpinan yang bersih,  sadar dan mengerti setiap tuntutan umat, serta mengetahui mekanisme  memimpinnya dan menerapkan tujuannya dengan keikhlasan. Pemimpin yang  misinya hanya untuk mewujudkan kepentingan umat, menganggap dirinya  pelayan umat, serta penjaga umat dan agamanya, telah ada di  tengah-tengah umat bahkan tidak asing lagi bagi umat, yaitu Hizbut  Tahrir yang senantiasa menyeru umat agar menumbangkan para thaghut,  melepaskan jeratannya dari leher umat, serta menerapkan syariah dalam  kehidupan agar beruntung dengan meraih kemuliaan di dunia dan balasan  yang baik di akhirat. 
Kedua:  tidak cukup dengan merobohkan satu berhala, lalu dibangun berhala lain  untuk menggantikannya dengan nama baru. Tidak hanya itu, bahkan tidak  cukup dengan merobohkan setiap berhala yang tercermin pada  individu-individunya. Akan tetapi, harus mencabut rezim berhala itu  hingga akarnya agar era thaghut itu berakhir dan digantikan  dengan era kebaikan dan keimanan. Karena itu, kaum Muslim tidak cukup  merobohkan simbol-simbol berhala, namun wajib untuk tidak membiarkan  sistem dan pemikiran setiap berhala yang dengannya mereka berkuasa dan  melakukan kezaliman. Kemudian umat beralih pada Islam yang hanîf  (lurus) dan semua hukumnya. Umat tidak cukup melakukan shalat di Tahrir  Square dengan jutaan orang, serta berhaji ke Makkah dengan jutaan orang  pula, namun wajib mengemban Islam dengan setiap pemikiran dan hukumnya,  sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw. Untuk semua itu Hizbut  Tahrir menyeru kalian dalam kapasitasnya sebagai saudara bahkan pelayan  umat yang melakukannya dengan penuh keikhlasan. 
Ketiga:  kereta perubahan yang bergerak dari Tunisia, dan sekarang sedang  mengitari semua negeri-negeri Arab, tidak mungkin ditarik kembali ke  belakang, atau dihentikan putarannya, karena hal itu sangat buruk  akibatnya. Karena itu, membiarkan kekuatan sekularisme demokrasi dan  para pengusungnya untuk mendominasi semua perkara, maka itu sama artinya  dengan membuang percuma semua tenaga dan tetesan darah yang ditumpahkan  untuk keluar dari kondisi kezaliman yang menghantuinya, yang dengannya  justru menuju kondisi yang lebih buruk dengan warna yang lain. 
Demokrasi  telah gagal di jantung rumahnya sendiri. Apalagi ia merupakan sistem  kufur sehingga kaum Muslim haram berhukum dengannya. Adapun pemilihan  penguasa dengan suara manyoritas dan keridhaan adalah bagian dari  ideologi Islam, agama yang sempurna. Begitu juga hukum syariah yang  terkait dengan syura, pemilihan penguasa, dan mengoreksinya, maka itu  semua bukan demokrasi, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan  demokrasi. Demokrasi sistem buatan manusia, sementara syariah dari Tuhan  yang menciptakan manusia. Oleh karena itu, haram mengambil apapun  darinya, menerapkannya atau mendakwahkannya. 
Jadi,  tidak ada jalan lain jika kita ingin meraih kemuliaan dunia dan  kebahagiaan akhirat, kecuali beraktivitas bersama mereka yang selama ini  bekerja dengan ikhlas berdasarkan Islam yang jernih untuk menegakkan  Negara Khilafah guna menerapkan agama Allah SWT dan meninggikan  kalimah-Nya. Sebab, hanya dengan itu, insya Allah semuanya akan menjadi  baik, dan kita semua dapat keluar dari periode kezaliman pemerintahan  despotik menuju cahaya dan keadilan Khilafah Rasyidah yang kedua, dengan  izin Allah SWT.
Keempat:  semua perkara tidak dapat diselesaikan, termasuk para pejuang revolusi  tidak akan mencapai tujuannya, kecuali apabila telah memiliki kekuatan  yang memadai untuk menghantarkan mereka pada kekuasaan. Sekarang  kekuatan itu berada di tangan militer yang menguasai persenjataan dan  penggunaannya. 
Saatnya Militer Memimpin Revolusi
Lembaga  Militer di negeri-negeri kaum Muslim masih diam dan hanya sebagai  penonton atas apa yang terjadi di tengah-tengah umat yang terbaik, yang  sedang menyerukan untuk berlepas dari jeratan kaum kafir penjajah, para  penguasa yang menjadi antek kaum kafir, serta para penguasa munafik,  oportunis dan sesat. 
Lihatlah,  umat telah melakukan revolusi atas kezaliman. Lalu kapan kalian, wahai  para perwira dan tentara militer, akan melakukan revolusi yang  sesungguhnya? Sekaranglah saatnya kalian memimpin revolusi. Ini  kesempatan bagi kalian. Namun, bagaimana kalian diam, sementara kalian  adalah pelindung dan kekuataan umat? Apakah belum cukup kejahatan yang  selama ini dilakukan para penguasa terhadap kaum Muslim dan  potensi-potensi mereka? 
Ketahuilah,  bahwa umat sedang menanti bara yang lebih panas yang akan menolongnya  untuk mengalahkan para penguasa tiran, dan sedang menanti api yang akan  menolong agamanya. Sebab, al-Quran tidak akan tegak kecuali dengan  kekuasaan (as-Sulthân). Kalian adalah kekuasaan (as-Sulthân) itu, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT kepada Rasul-Nya: Katakanlah, “Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara yang benar dan keluarkanlah aku juga dengan cara yang benar, serta berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan (Sulthân[an]) yang menolong.” (TQS al-Isra’ [17] : 80). 
Dalam hal ini ada sebuah ungkapan yang sangat indah:
أَلاَ  إِنَّ الْقُرْآنَ وَ السُّلْطَانَ تَوْأَمَانُ، فَالْقُرْآنُ أُسٌّ وَ  السُّلْطَانُ حَارِسٌ، فَمَا لاَ أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ، فَمَا لاَ  حَارِسَ لَه فَضَائِعٌ
Ketahuilah  bahwa al-Quran dan kekuasaan itu kembar siam (tidak terpisahkan).  Al-Quran itu pondasi dan kekuasaan itu penjaga. Sesuatu yang tidak  berpondasi itu mudah dirobohkan dan sesuatu yang tidak berpenjaga  (gampang) hilang. 
Wahai para perwira militer, kami sedang menyeru dan menunggu kalian, apakah kalian akan meresponnya? Ya Allah bukakan hati mereka untuk meresponnya. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai  orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul  apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada  kalian (QS al-Anfal [8]: 24).
Kami  berharap, semoga Allah SWT dalam waktu dekat memuliakan kaum Muslim  dengan kembalinya Negara Khilafah, dan itu merupakan buah dari revolusi  yang berkah ini. Dengan itulah bumi kembali bersinar, berkah dari  penerapan syariah; dunia pun kembali diwarnai keadilan, kebaikan dan  kemenangan demi kemenangan. Allah SWT berfirman: 
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ *
Pada  hari itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Allah  menolong siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia Mahaperkasa lagi Maha  Penyayang (QS Ar-Rûm [30]: 4-5). 
ijin menyimak dan berguru untuk menambah wawasan sekaligus persaudaraan salam kenal dan hormat admin
izin nyimk sobat