ISLAM AGAMA SYUMUL

FIRMAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA; "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan, kerana sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [TMQ AL-BAQARAH(2):208]

MASA ITU EMAS


Showing posts with label bersama-sama mengembalikan semula kehidupan islam melalui penegakan semula daulah khilafah 'ala minhaj nubuwwah. Show all posts
Showing posts with label bersama-sama mengembalikan semula kehidupan islam melalui penegakan semula daulah khilafah 'ala minhaj nubuwwah. Show all posts

HADIS "HUBBUL WATHON MINAL IMAN' MERUPAKAN HADIS PALSU

HADIS : "HUBBUL WATHON MINAL IMAN"
MERUPAKAN HADIS PALSU


Ungkapan "hubbul wathon minal iman" memang sering dianggap hadis Nabi SAW oleh para tokoh [nasionalis] , mubaligh, dan juga da`i yang kurang mendalami hadis dan ilmu hadis. Tujuannya adalah untuk membenarkan fahaman nasionalisme dan patriotisme dengan dalil-dalil agama agar lebih mantap diyakini umat Islam.

Namun sayang, sebenarnya ungkapan "hubbul wathon minal iman" adalah hadis palsu (maudhu'). Dengan kata lain, ia bukanlah hadis. Demikianlah menurut para ulama ahli hadis yang terpercaya, sebagaimana akan diterangkan kemudian.

Mereka yang mendalami hadis, walaupun belum terlalu mendalam dan luas, akan dengan mudah mengetahui kepalsuan hadis tersebut. Lebih-lebih setelah banyaknya kitab-kitab yang secara khusus menjelaskan hadis-hadis dhaif dan palsu, misalnya :

1. Kitab Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu'ah `Ala Sayyid al-Mursalin karya Syaikh Muhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhari asy-Syafi'i (w. 1328 H) (Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999), hal. 109; dan

2. Kitab Bukan Sabda Nabi! (Laysa min Qaul an-nabiy SAW) karya Muhammad Fuad Syakir, diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, (Semarang : Pustaka Zaman, 2005), hal. 226.

Kitab-kitab itu mudah dijangkau dan dipelajari oleh para pemula dalam ilmu hadis di Indonesia, sebelum menelaah kitab-kitab khusus lainnya tentang hadis-hadis palsu, seperti :

1. Kitab Al-Maudhu'at karya Ibnul Jauzi (w. 597 H);

2. Kitab Al-Ala`i al-Mashnu'ah fi Al-Ahadis Al-Maudhu'ah karya Imam as-Suyuthi (w. 911 H);

3. Kitab Tanzih Asy-Syari'ah al-Marfu`ah `an Al-Ahadis Asy-Syani'ah Al-Maudhu`ah karya Ibnu `Arraq Al-Kanani (Lihat Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadis, hal. 93).

Berikut akan saya jelaskan penilaian para ulama hadis yang menjelaskan kepalsuan hadis "hubbul wathon minal iman".

Dalam kitab Tahdzirul Muslimin karya Syaikh al-Azhari asy-Syafi'i hal. 109 tersebut diterangkan, bahawa hadis "hubbul wathon minal iman" adalah maudhu` (palsu). Demikianlah penilaian Imam as-Sakhawi dan Imam ash-Shaghani.

Imam as-Sakhawi (w. 902 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadis al-Musytaharah `ala Alsinah, halaman 115.

Sementara Imam ash-Shaghani (w. 650 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya Al-Maudhu'at, halaman 8.

Penilaian palsunya hadis tersebut juga dapat dirujuk pada referensi-referensi (al-maraji') lainnya sebagai berikut :

1. Kasyful Al-Khafa` wa Muziilu al-Ilbas, karya Imam Al-`Ajluni (w. 1162 H), Juz I hal. 423;

2. Ad-Durar Al-Muntatsirah fi al-Ahadis al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi (w. 911 H), hal. 74;

3. At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi (w. 794 H), hal. 11.
(Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi'i, Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu'ah `Ala Sayyid al-Mursalin, hal. 109)

Ringkasnya, ungkapan "hubbul wathon minal iman" adalah hadis palsu (maudhu'), sebaliknya bukanlah hadis Nabi SAW.

Hadis maudhu' adalah hadis yang didustakan (al-hadits al-makdzub), atau hadis yang sengaja diciptakan dan dibuat-buat (al-mukhtalaq al-mashnu`) yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Ertinya, pembuat hadis maudhu` sengaja membuat dan mengadakan-adakan hadis yang sebenarnya tidak ada (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi'i, Tahdzirul Muslimin, hal. 35; Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadis, hal. 89).

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, meriwayatkan hadis maudhu' adalah haram hukumnya bagi orang yang mengetahui kemaudhu'an hadis itu serta termasuk salah satu dosa besar (kaba`ir), kecuali disertai penjelasan mengenai statusnya sebagai hadis maudhu' (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi'i, Tahdzirul Muslimin, hal. 43).

Maka dari itu, saya peringatkan kepada seluruh kaum muslimin, agar tidak mengatakan "hubbul wathon minal iman" sebagai hadis Nabi SAW, sebab Nabi SAW faktanya memang tidak pernah mengatakannya. Menisbatkan ungkapan itu kepada Nabi SAW adalah sebuah kedustaan yang nyata atas nama Nabi SAW dan merupakan dosa besar di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :
"Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka." (Hadits Mutawatir).

Terlebih lagi Islam memang tidak pernah mengenal fahaman nasionalisme atau patriotisme yang kafir itu, kecuali setelah adanya Perang Pemikiran (al-ghazwul fikri) yang dilancarkan kaum penjajah. Kedua fahaman sesat ini terbukti telah memecah-belah kaum muslimin seluruh dunia menjadi terkotak-kotak dalam wadah puluhan negara bangsa (nation-state) yang sempit, mencekik, dan membelenggu.
Maka, kaum muslimin yang terpasung itu wajib membebaskan diri dari sempadan-sempadan palsu bernama negara-negara bangsa itu. Kaum muslimin pun wajib bersatu di bawah kepemimpinan seorang Imam (Khalifah) yang akan mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia dalam satu Khilafah yang mengikuti minhaj nubuwwah. Semoga datangnya pertolongan Allah ini telah dekat kepada kita semua. Amin.

METOD MENEGAKKAN KEMBALI KHILAFAH

Metode Menegakkan Kembali Khilafah
Situasi Umat Islam Ketika Ini

Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 110 yang ertinya:"kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ".

Hal ini pasti benar apabila kita melihat kembali masa yang lalu, pada waktu Islam mencapai puncak kejayaannya dan peradaban Islam hampir tidak tertandingi. Hal ini benar-benar terjadi dimasa Rasulullah SAW. Pada waktu Islam benar-benar dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan. Gambaran umat Islam oleh Allah ini benar-benar terjadi pada waktu Islam mengatur segala aspek kehidupan, pada waktu dimana Islam hanya satu-satunya rujukan dalam memecahkan segala aspek kehidupan, bahkan jauh setelah Rasulullah, selama lebih dari 1300 tahun. Sayangnya setelah runtuhnya khilafah Islamiyah pada tahun 1924, perubahan mulai terjadi pada perkara utama ajaran Islam bahawa Islam tidak hanya ditinggalkan tetapi lebih buruk lagi dikaitkan dengan kekerasan, teroris, dan kemunduran. Ringkasnya sekarang Islam hampir selalu dipandang sebelah mata oleh orang kafir dan oleh sebagian besar kaum muslimin yang korup secara intelektual.

Inilah suatu kenyataan yang dewasa ini kita hadapi sebagai kaum muslimin, sebagai fakta nyata ironis. Islam selalu yang tertinggi, Islam memberi manusia cara terbaik tentang bagaimana hidup. Islam adalah satu-satunya cara hidup yang lengkap dan selalu tepat sepanjang masa. Pertanyaan yang timbul adalah : Apabila Islam merupakan ideologi terbaik yang dapat digunakan oleh setiap orang, mengapa muslim sekarang menghadapi berbagai masalah ?

Rasulullah telah menjawab pertanyaan ini jauh sebelum masalah-masalah ini menjadi kenyataan. Rasulullah bersabda : "Nanti akan datang suatu zaman, ketika sekelompok orang mengerumuni kalian persis seperti kelompok orang-orang yang lapar mencoba menyantap hidangan diatas piring". Salah seorang sahabat terkejut dan bertanya: "apakah karena jumlah kita hanya sedikit ?". Rasulullah menjawab : "Tidak, jumlah ka!ian banyak, tetapi seperti buih yang ;nengapung diatas lautan. Allah telah mencabut rasa takut di dalam dada hati musuh kalian dan kalian dijangkiti penyakit `Wahn'. "Apa itu wahn ? ". Rasulullah menjawab : "Cinta dunia dan takut mati ".

Umat muslim telah meninggalkan Islam. Islam jauh dari kehidupan sehari-hari meskipun jumlah kita besar. Kita telah mengesampingkan Islam dalam setiap urusan, budaya, pikiran dan perasaan sehari-hari, meskipun kita melihat banyak kaum muslimin yang masih menjalankan tugas-tugas pokok mereka; seperti Solat, puasa, pergi haji dan membayar zakat. Islam terpuruk untuk memenuhi naluni dasar ibadah. Cinta kita kepada dunia ini melebihi cinta kita kepada Allah.

Kita tidak rela mengorbankan "indahnya" dunia demi kehidupan abadi di akhirat kelak. Aqidah kita berada di titik terendah. Sebelum kita memeluk Islam seara kaffah, sekali lagi dengan cara menjadikannya rujukan bagi kehidupan kita, masalah-masalah yang kita hadapi sekarang akan tetap timbul. Dan hingga akhirnya kita akan menghadapi dunia dengan kehinaan.
Keperdulian Umat Muslim.

Dalam buku "Manhaj Fii Taghyiir", disebutkan bahawa pada suatu masa, keperdulian terbesar umat muslim adalah mengembalikan Islam sebagai cara hidup, dengan cara menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Sudah 80 an tahun lamanya umat muslim hidup tanpa pemimpin, tanpa kesatuan politik, tanpa kekuasaan sejak runtuhnya khilafah Islamiyah, Ustman. Pada tahun 1924 umat muslim telah hilang. Kita telah dipermainkan oleh orang-orang kafir dengan cara yang amat menghina dan sekarang sudah waktunya kita harus bangkit. CUKUP ... CUKUP sudah. Kita telah dijanjikan oleh Allah apabila kita memeluk Islam secara keseluruhan (kaffah) kita akan menjadi umat terbaik, oleh kerana itulah tujuan yang kita harus capai adalah mengembalikan Islam dan menyebarkan dakwah kesetiap penjuru dunia hingga Islam menguasai pemerintahan dan aturan Allah adalah yang tertinggi.

Tidak terbantahkan bahawa muslim sekarang telah menunjukan tanda-tanda kelahirannya kembali. Kita melihat para muslim yang bersungguh-sungguh, yang mencuba dengan keras untuk mengembalikan Islam sebagai pandangan hidup, meskipun hal ini merupakan tanda-tanda yang baik. Tujuan utama kelompok muslim ini adalah, pada umumnya tetap mendirikan kembali sebuah Daulah Islam, melaksanakan kembali Islam sebagai pandangan hidup yang menyeluruh. Sayangnya, kita melihat metode-metode perjuangan mereka gagal. Mereka gagal menyedari bahawa tindakan menegakkan kembali Islam adalah ibadah; perbuatan yang memerlukan ketaatan yang sempurna terhadap hukum syariat. Hal ini bererti perjuangan agar sesuai dengan aturan-aturan halal dan haram dalarn Islam.

Rasulullah bersabda : "Solatlah kalian sebagaimana aku solat ".

Hadis ini memberikan indikasi bahawa secara umum untuk setiap kegiatan ibadah, metode Nabi harus ditiru secara total. Hal ini justeru merupakan masalah berbagai kelompok dakwah Islam yang tulus. Mereka tidak dapat memahami fakta bahwa kegiatan dakwah adalah sama halnya seperti kegiatan ibadah lain; metode menegakkan kembali Islam HARUS sesuai dengan sunnah Rasulullah. Tanpa pemahaman ini, kita melihat kaum muslimin yang tulus akan kembali ke demokrasi atau Jihat sebagai metode dakwah, jelas jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada mereka dalam perjuangannya. Dan mengembalikannya kepada metode dakwah Islam yang benar. Metode dakwah yang benar adalah metode Rasulullah SAW. Untuk mendapatkan keberkahan dan kemenangan dari Allah SWT, serta pemahaman yang jelas tentang metode Rasulullah SAW. dalam menyampaikan dakwah bersangkutan.

Dalam makalah ini, kita akan membahas pendekatan yang disederhanakan, metode Rasulullah dalam menyebarkan dakwah dan mendirikan Daulah Islamiyah.

Menegakkan Kembali Khilafah, Metode Rasulullah SAW.

Dalam melakukan perubahan, untuk menegakkan kembali Daulah khilafah kepada aturan Allah dan menyampaikan ajaran Islam ke seluruh dunia, kita harus mematuhi syariat dan mengikuti secara keseluruhan (kaffah) teladan Rasulullah dalam usahanya mendirikan Daulah Khilafah. Hal ini dengan jelas ditunjukan dalam Al Qur'an yang Ertinya:"Sesunggguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmah) Allah dan (Kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (TMQ. 3:21)

" Katakanlah : jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" (TMQ.3:31).

"Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; " (TMQ. 59. 7).

Banyak ayat-ayat lain yang menunjukan bahwa mengikuti Rasulullah dan menjadikannya tauladan hukumnya wajib. Disedari bahawa Rasulullah berjuang melawan orang-orang yang mengingkari Islam dan dewasa ini kita mengembang dakwah kepada muslim untuk mendorong mereka agar teguh terhadap Islam dan bekerja untuk mengembalikan kepada aturan-aturan Allah. Juga disedari bahawa sayangnya tanah-tanah muslim bukanlah darul Islam dan masyarakat penduduk muslim bukanlah masyarakat Islam. Akibatnya kegiatan dakwah sebaiknya menitikberatkan daripada perubahan negeri Islam yang ada menjadi Darul Islam dan mengubah masyarakat Islam pada tanah-tanah Islam menjadi masyarakat Islam dan mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam. Berdasarkan keadaan yang ada ini, cara dalam menyampaikan dakwah harus mengikuti beberapa pedoman Rasulullah yang sejalan dengan metode Rasulullah1. Dakwah dilaksanakan untuk melaksanakan firman Allah" Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyurh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar ". (TMQ. 3:104)
Dakwah adalah wajib. Setiap muslim yang berperanan serta dalam menyampaikan ajaran harus bekerja dalam kerangka Islam. Mereka harus menjalankan penyampaian seruan Islam bukan cuma sekadar ini melaksanakan kewajiban. Tetapi juga mencapai pendirian khilafah dan membawa kembali aturan Allah. Dakwah untuk membawa kembali Islam merupakan upaya bersama; suatu keperluan kelompok yang harus dibina untuk menyampaikan dakwah ini.
2. Dalam menyampaikan dakwah, para pengembang dakwah harus tunduk kepada aturan-aturan Allah sebagai satu-satunya dasar kegiatan-kegiatan dan tindakan mereka dan sebagai dasar untuk menawarkan pendapat bebas mereka tentang ideologi, fikiran, insiden dan kejadian yang berbeza yang terjadi. Pengembang dakwah harus terbuka, berani, jelas dan menentang segala sesuatu yang bertentangan dengan Islam, baik agama, ideologi, fikiran, pendapat, konsep, sistem, kebiasaan dan tradisi.
3. Dakwah dilaksanakan untuk menuntaskan pelaksanaan Islam, baik dalam beribadah kepada Allah, urusan moral atau sistem. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT " Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang di turunkan Allah " . (TMQ 5-- 49)." Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ". (TMQ. 59:7)
Pelaksanaan semua yang ditentukan oleh Allah dan apa yang disampaikan oleh Rasulullah merupakan kewajiban dan tidak ada perbezaan antara kewajiban yang satu dari kewajiban yang lain kerana pelaksanaan kewajiban-kewajiban tersebut bersifat wajib dan tidak diperbolehkan hanya melaksanakan beberapa bagian dan mengabaikan bagian yang lain. Juga tidak dibenarkan menerapkan aturan-aturan Islam secara bertahap. Aturan-aturan Islam harus dilaksanakan secara menyeluruh.4. Mendasarkan kegiatan dakwah kepada sirah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW Diutus untuk mendirikan Daulah Islam dan mengubah tanah kafir menjadi tanah Islam.
Berdasarkan metodenya kita dapat menemukembali dakwahnya yang harus ditiru yang terdiri dari tiga tahap
(i) tahap pembinaan; hal ini mencakup menemukan dan membina individu yang yakin dengan pendapat dan metode Rasulullah. Hal ini perlu untuk merumuskan dan menetapkan kelompok yang dapat mengembang dakwah.
(ii) tahap interaksi dengan umat untuk mendorong umat bekerja untuk Islam dan melaksanakan dakwah seolah-olah dakwah adalah miliknya sehingga ia bekerja untuk menegakkan Islam dalam kehidupannya, masyarakat dan negara.
(iii) Tahap menggalang kekuatan dan melaksanakan Islam secara sempurna dan menyeluruh dan menyebarkan ajarannya ke seluruh dunia.

Tahap pertama dianggap sebagai tahap dasar/awal, dengan inti ada dan lingkaran pertama dinetuk setelah dituntun ke ajaran dan metode. Lingkaran pertama dimulai melalui hubungan perseorangan di antara umat, dan menyajikannya dengan fikiran dan metode secara perseorangan. Pada waktu melaksanakan kajian-kajian Islam, mereka akan mengembangkan kepribadian dan mental Islam yang benar, yang membuat mereka melihat pemikiran, kejadian, dan insiden dari sudut pandang Islam. Mereka juga akan mengembangkan fizik dan emosi Islam yang membuat mereka terikat pada Islam ketika mereka sepakat dengan apa yang dicintai Allah dan benci dengan apa yang di benci Allah. Hal ini merupakan tahap dasar sebagaimana dipraktikkan oleh Rasulullah, dengan keutamaan pembinaan dan kelompok dan masyarakat menjadi dasar akan keberadaan mereka, budaya dan seruan Islam, pada saat tersebut kelompok harus mulai dengan tahap kedua.

Tahap kedua melibatkan interaksi dengan umat agar mendorong mereka melaksanakan Islam dan mengangkat masalah-masalah penting. Hal ini dilakukan dengan menciptakan kesedaran masyarakat umum tentang ajaran-ajaran dan aturan-aturan Islam yang dianut oleh kelompok sehingga menjadikan Islam sebagai ajaran mereka sendiri, agar bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan melaksanakannya.

Selama tahap ini kelompok tsb. akan mulai untuk secara bersama-sama menyampaikan kepada umat dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut:
a) Memusatkan pada pembinaan lingkungan bagi perseorangan untuk membentuk kelompok dan meningkat jumlahnya dengan cara membentuk keperibadian Islam yang mampu melaksanakan dakwah.
b) Secara bersama-sama membina masyarakat melalui ajaran dan aturan-aturan Islam yang telah dianut oleh kelompok. Hal ini dilakukan melalui pengkajian di masjid-­masjid, ceramah umum, seminar, konferensi, membuat tulisan dalam surat kabar, majalah, buku dan brosur untuk menyedarkan umat tentang Islam.
c) Perjuangan intelektual terhadap non muslim, sistem dan ajaran-ajaran dengan cara mengungkapkan kesalahan-kesalahan mereka dan apa saja yang bertentangan dengan Islam untuk membersihkan umat.
d) Perjuangan politik yang merupakan perjuangan terhadap negara-negara imperialis yang mempunyai kekuatan di atas tanah-tanah muslim dan tantangan terhadap rejim Islam di seluruh negeri Islam dengan cara mengungkap dan membawa mereka kembali mempertanyakan diri atas semua kejahatan yang telah mereka lakukan.

Pedoman ini sejalan dengan metode Rasululah SAW. Rasulullah SAW datang membawa ajaran Islam untuk seluruh umat manusia, menEntang secara terbuka ajaran-ajaran kufur dalam segala aspek kehidupan, dan perang yang dinyatakan terhadap semua orang di seluruh dunia tanpa memperhatikan pertimbangan-pertimbangan kebiasaan, agama, kepercayaan (kredo) mereka terhadap aturan, terhadap publik dan ia tidak memperdulikan apapun kecuali ajaran Islam. Rasulullah menyerang Quraisy dengan cara melecehkan dewa-dewa mereka dan disinggungnya perasaan mereka dan ia menantang kepercayaan mereka dan mengutuknya. Rasulullah saw. Tidak menggunakan perjuangan fizik dalam dakwahnya meskipun ia beberapa kali terpancing dan hal ini harus ditiru dalam dakwah kita sekarang. Seorang pengemban dakwah tidak boleh menggunakan kekerasan tetapi harus menggunakan aktifitas politik dalam menegakkan Islam.

Tahap ketiga mencakup kegiatan mencari nusroh atau dukungan dari orang yang berpengaruh di masyarakat dan kalangan umat. Hal ini sesuai dengan tindakan Rasulullah pada waktu da' wah menjadi sulit. Sebagai contoh : Rasulullah pernah mendatangi Bani Kinda dan Bani Amir Ibnu Sasa' ah, tetapi mereka menuntut hak pemerintahan setelah Rasulullah SAW. wafat. Hal ini ditolak oleh Rasulullah. Dan pencarian bantuan (nusroh) ini, kita mungkin memahami bahawa tujuan Rasulullah SAW adalah mendirikan pemerintahan, tatanan politik serta sistem yang akan mengaturnya. Kemudian ia dibantu oleh masyarakat Madinah pada bai' at aqobah kedua. Dari hal ini dapat difahami bahawa pencarian nusroh berbeza dari langkah pada tahap yang harus diikuti pada waktu masyarakat menjadi kaku atau tidak memperdulikan siapa yang menyampaikan dakwah dan ancaman-ancaman terhadap mereka semakin banyak.
Ada dua tujuan dalam mencari nusroh:

Pertama : mendapatkan perlindungan untuk kelompok dakwah sehingga dapat melaksanakan dakwah secara aman.
Kedua : mencari pemerintahan untuk mendirikan khilafah dan membawa kembali aturan Allah dalam kehidupan msayarakat.
Meskipun pengembang dakwah turut terjun dalam mencari nusroh, ia akan tetap melanjutkan kegiatan-kegiatan lain tahap satu dan dua. Pembinaan masyarakat, pembentukan pandangan umum di antara umat, berperang melawan penjajah yang tidak mengakui kedaulatan negara, mengungkapkan rencana-rencana mereka dan mengungkapkan persekongkolan mereka, kepedulian akan urusan-urusan umat; semua kegiatan ini masih terus dilaksanakan. Hal ini dilaksanakan dengan harapan mudah­mudahan Allah memberikan umat ini keberhasilan, kemenangan dan kejayaan. Pada saat itulah orang-orang yang beriman akan senang dengan kemenangan yang diberikan Allah.

Kita berdoa mudah-mudahan Allah membimbing langkah kita dan memberi kekuatan agar kita dapat mendirikan Khilafah Islamiyah sehingga kita dapat mengatur dengan hukum Allah. Hal ini, secara singkat, cara yang dilaksanakan oleh Rasulullah menyampaikan dakwahnya hingga ia mendapat pertolongan dari Allah untuk mendirikan Daulah Islamiyah pertama di Madinah.

DRAF UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA KHILAFAH


DRAF UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA KHILAFAH




Draf Undang-Undang Dasar Daulah Khilafah Merupakan Terjemahan Dari Bahasa Asal (Bahasa Arab) Diterjemahkan Ke Dalam Bahasa Melayu dan Menggunakan Bahasa Yang Mudah Di Fahami." Sila Rujuk Nashkah Asal (Arab)
http://www.hizb-ut-tahrir.org/arabic/kotob/htm/16klf00.htm.

HUKUM-HUKUM UMUM

Artikel 1
Aqidah Islam adalah dasar negara. Segala sesuatu yang menyangkut struktur urusan negara, termasuk meminta pertanggungjawaban atas tindakan negara, harus di bangun berdasarkan aqidah Islam. Aqidah Islam sekaligus merupakan asas Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang yang bersumber dari syari'at Islam. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Undang-undang Dasar dan Undang-Undang, harus terpancar dari aqidah Islam.

Artikel 2
Darul Islam adalah negeri yang di dalamnya diterapkan hukum-hukum Islam dan keamanannya didasarkan pada Islam. Darul kufur adalah negeri yang di dalamnya diterapkan aturan kufur dan atau keamannya berdasarkan selain Islam.

Artikel 3
Khalifah melegalisasikan hukum-hukum syara' tertentu yang dijadikan sebagai Undang-undang Dasar dan Undang-Undang Negara. Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang yang telah disahkan oleh Khalifah menjadi hukum syara' yang wajib ditaati oleh setiap individu rakyat, baik zahir mahupun batin.Artikel 4Khalifah tidak melegalisasi hukum syara' apapun yang berhubung dengan ibadah, selain masalah zakat dan jihad. Khalifah juga tidak memasukkan idea-idea apapun dengan aqidah Islam. Artikel 5Setiap warganegara Khilafah Islam mendapatkan hak-hak dan kewajipan-kewajipan sesuai dengan ketentuan syara'.

Artikel 6

Negara tidak membeza-bezakan individu rakyat dalam aspek hukum, peradilan, mahupun dalam menjamin keperluan rakyat dan sebagainya. Seluruh rakyat diperlakukan sama tanpa memperhatikan ras, agama, warna kulit dan lain-lain.

Artikel 7

Negara melaksanakan syari'at Islam rakyat yang berkewarganegaraan Khilafah Islam, baik yang muslim mahupun yang non-muslim dalam bentuk-bentuk berikut:

1.Negara melaksanakan seluruh hukum Islam atas kaum muslimin tanpa kecuali.

2.Orang-orang non-muslim dibiarkan memeluk aqidah dan menjalankan ibadahnya masing-masing.

3.Orang-orang yang murtad dari Islam, atas mereka dijatuhkan hukum murtad jika mereka sendiri yang melakukan kemurtadan. Jika kedudukannya sebagai anak-anak orang murtad atau dilahirkan sebagai non-muslim, maka mereka diperlakukan bukan sebagai orang Islam sesuai dengan keadaan mereka selaku orang-orang musyrik atau ahli kitab.

4.Terhadap orang-orang non-muslim, dalam hal makanan, minuman dan pakaian diperlakukan sesuai dengan agama mereka, sebatas apa yang diperbolehkan hukum-hukum syara'.

5.Perkara-perakra nikah dan talak antara sesama non-muslim, diselesaikan sesuai dengan agama mereka dan jika terjadi antara muslim dan non-muslim, perkara tersebut diselesaikan menurut hukum Islam.

6.Hukum-hukum syara' selain di atas seperti muamalat, uqubat, bayyinat, ketatanegaraan, ekonomi dan sebagainya, dilaksanakan oleh negara atas seluruh rakyat, baik yang muslim mahupun bukan. Pelaksanaannya juga berlaku terhadap mu'ahidin, iaitu orang-orang yang negaranya terikat dengan perjanjian, terhadap musta'minin, iaitu orang-orang yang mendapat jaminan keamanan untuk masuk ke negeri Islam; dan terhadap siapa saja yang berada di bawah kekuasaan Islam, kecuali para diplomat, konsul, utusan negara asing dan sebagainya, kerana mereka memiliki imuniti diplomatik.

Artikel 8

Bahasa Arab adalah bahasa Islam dan merupakan satu-satunya bahasa rasmi yang dipergunakan oleh Negara.

Artikel 9

Ijtihad adalah fardu kifayah, dan setiap muslimin berhak berijtihad apabila telah memenuhi syarat-syaratnya.

Artikel 10

Seluruh kaum muslimn memikul tanggungjawab yang sama terhadap Islam. Tidak ada istilah rohaniawan dalam Islam, dan negara mencegah segala tindakan yang dapat mengarah pada munculnya mereka di kalangan kaum muslimin.

Artikel 11

Mengembang dakwah Islam adalah tugas utama negara.

Artikel 12

Al-Qur'an, Sunnah Nabi, Ijma' Sahabat dan Qiyas merupakan sumber hukum yang diakui oleh syara'.

Artikel 13

Setiap manusia bebas dari tuduhan sehingga terbukti kesalahannya. Seseorang tidak dikenakan hukuman, kecuali dengan pengadilan. Tidak dibenarkan menyeksa seorang pun, dan siapa saja yang melakukan itu akan mendapatkan hukuman.

Artikel 14

Setiap perbuatan manusia terkait dengan hukum syara'. Tidak dibenarkan melakukan suatu perbuatan kecuali mengetahui hukumnya. Setiap benda/alat yang digunakan hukumnya mubah (harus), selama tidak terbukti keharamannya.

Artikel 15

Segala sesuatu yang menghantarkan kepada yang haram, hukumnya adalah haram apabila telah terbukti dual hal, Pertama menghantarkan kepada yang haram secara pasti tanpa ada keraguannya lagi;Kedua perbuatan itu telah diharamkan oleh syara'.

SISTEM PEMERINTAHAN

Artikel 16

Sistem pemerintahan adalah sistem kesatuan dan bukan sistem federal.

Artikel 17

Pemerintahan bersifat sentralisasi, sedangkan sistem administrasi adalah desentralisasi.

Artikel 18

Kekuasaan berada di tangan empat orang, iaitu Khalifah, Mu'awwin Tafwidl, Wali dan Amil. Sedangkan mereka tidak dianggap sebagai penguasa melainkan hanya pegawai pemerintah.

Artikel 19

Tidak dibenarkan seorang pun berkuasa atau menduduki jabatan yang berkaitan dengan kekuasaan, kecuali laki-laki, merdeka, baligh, berakal, memiliki kemampuan, adil dan beragama Islam.

Artikel 20

Kritikkan terhadap pemerintah merupakan salah satu hak kaum muslimin dan hukumnya adalah fardu kifayah. Sedangkan bagi warganegara non-muslim, diberi hak memperhatikan pemerintah atau penyimpangan pemerintah dalam penerapan hukum Islam terhadap mereka.

Artikel 21

Kaum muslimin berhak mendirikan parti politik untuk mengkritik penguasa atau sebagai jenjang untuk menduduki kekuasaan pemerintahan melalui ummat, dengan syarat asasnya aqidah Islam dan hukum yang dijadikan pegangan adalah hukum-hukum syara'. Pendirian parti tidak memerlukan izin negara. Negara melarang setiap perkumpulan yang tidak berasaskan Islam.

Artikel 22

Sistem pemerintahan ditegakkan atas empat prinsip:

a) Kedaulatan adalah milik syara', bukan milik rakyat.

b) Kekuasaan berada di tangan ummat.

c) Pengangkatan seorang Khalifah merupakan fardu atas seluruh kaum muslimin.

d) Khalifah mempunayi hak untuk melegalisasi hukum-hukum syara', dan atau menyusun Undang-undang Dasar dan Undang-Undang.

Artikel 23

Struktur negara terdiri atas lapan bahagian:

a) Khalifah

b) Muawwin Tafwidl

c) Muawwin Tanfidz

d) Amirul Jihad

e) Al-Qadli

f) Al-Wulat

g) Mashalihud Daulah

h) Majlis Ummat.

KHALIFAH

Artikel 24

Khalifah mewakili ummat dalam kekuasaan dan pelaksanaan syara'.

Artikel 25

Khalifah adalah aqad/perjanjian atas dasar sukarela dan pilihan. Tidak ada paksaan bagi seseorang untuk menerima jabatan Khilafah, dan tidak ada paksaan bagi seseorang untuk memilih Khalifah.

Artikel 26

Setiap muslim yang baligh, berakal, baik laki-laki mahupun perempuan berhak memilih khalifah dan membaiatnya. Orang-orang non muslim tidak memiliki hak memilih.

Artikel 27

Setelah aqad Khilafah selesai dengan pembai'atan oleh pihak yang berhak melakukan bai'at in'iqad (pengangkatan), maka ba'iat oleh kaum muslimin lainya adalah bai'at bukan bai'at in'iqad. Setiap orang menunaikan penolakan, dipaksa untuk berbai'at.

Artikel 28

Tidak seorang pun berhak menjadi Khalifah kecuali setelah dipilih oleh kaum muslimin, dan tidak seorang pun memiliki kekuasaan jabatan Khalifah, kecuali apabila telah sempurna aqadnya berdasarkan hukum syara', sebagaimana halnya pelaksanaan aqad-aqad lainnya di dalam Islam.

Artikel 29

Daerah atau negeri pertama membai'at Khalifah dengan bai'at in'iqad disyari'atkan mempunyai kekuasaan autonomi, yang berdiri di atas kekuasaan kaum muslimin sendiri, dan tidak tergantung pada negara kafir manapun; dan atau keamanan kaum muslimin di daerah itu (baik di dalam mahupun di luar) adalah dengan keamanan Islam saja dan bukan dengan keamanan kufur. Bai'at ta'at yang diambil dari kaum muslimin di negeri-negeri lain, tidak disyaratkan hal demikian.

Artikel 30

Orang yang di bai'at sebagai Khalifah tidak disyaratkan kecuali pensyaratan bai'at iniqad, sekalipun tidak memiliki persyaratan keutamaan kerana yang patut diperhatikan adalah syarat-syarat in'iqad.

Artikel 31

Sahnya pengangkatan Khalifah sebagai ketua negara, ialah memenuhi tujuh syarat, iaitu lelaki, Islam, merdeka, baligh, berakal, adil dan memiliki kemampuan.

Artikel 32

Pada saat Khalifah tidak ada, kerana meninggal atau mengundurkan diri atau diberhentikan, maka wajib hukumnya mengangkat seseorang untuk menggantikannya sebagai Khalifah dalam tempoh tiga hari sejak kosongnya kepemimpinan Khalifah.

Artikel 33

Tatacara pengangkatan Khalifah adalah sebagai berikut:

1.Anggota majlis ummat dari kalangan kaum muslimin mengajukan beberapa calon untuk kedudukan ini, lalu nama-nama mereka diumumkan, dan kaum muslimin diminta untuk memilih salah satu di antaranya.

2.Hasil pemilihan diumumkan, sehingga kaum muslimin mengetahui siapa yang mendapat suara terbanyak dari para calon.

3.Anggota majlis ummat tersebut segera mambai'at siapa yang mendapatkan suara terbanyak sebagai Khalifah untuk menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.

4.Setelah pelaksanaan bai'at sempurna, diumumkan kepada khalayak siapa yang menjadi Khalifah kaum muslimin, sehingga berita pengangkatannya sampai ke seluruh ummat, dengan mengumumkan namanya dan sifat-sifat yang menjadikannya pantas diangkat sebagai ketua negara.

Artikel 34

Umatlah yang berhak memilih Khalifah, tetapi mereka tidak berhak untuk memberhentikannya manakala akad bai'atnya telah sempurna sesuai dengan ketentuan syara'.

Artikel 35

Khalifah adalah negara. Sebab, Khalifah memiliki seluruh kuasa dan tugas yang dimiliki sebuah negara, yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.Dialah yang melegalisasikan hukum-hukum syara' dan yang menjadikan sebagai hukum rasmi yang wajib dilaksanakan, sehingga menjadi perundang-undangan yang wajib ditaati, serta tidak boleh dilanggar.

2.Dialah yang bertanggungjawab terhadap politik negara, baik dalam mahupun luar negerinya. Dialah yang menguasai kepimpinan militer dan yang berhak mengumumkan perang, membuat perjanjian damai, gencatan sencatan senjata serta seluruh perjanjian-perjanjian lainnya.

3.Dialah yang berhak menentukan dan memperhatikan para duta besar kaum muslimin.

4.Dialah yang menentukan dan memperhatikan para mu'awwin dan para wali, dan mereka semua bertanggungjawab kepadanya sebagaiamana bertanggungjawab kepada Majlis Ummat.

5.Dialah yang menentukan dan memberhentikan Qadli Qudlat, ketua biro, komandon perang dan komandon divisi, dan mereka semua bertanggungjawab kepadanya, akan tetapi tidak bertanggungjawab kepada Majlis Ummat.

6.Dialah yang menentukan hukum-hukum syara' yang berhubungan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara. Diapula menentukan perincian ; pemasukan mahupun pengeluarannya.

Artikel 36

Dalam melegalisasikan hukum, Khalifah terikat dengan hukum–hukum syara'. Diharamkan atasnya melegalisasikan suatu hukum yang tidak diambil melalui proses ijtihad yang benar dan tidak berasal dari dalil-dalil syar'ie. Dalam hal ini Khalifah terikat dengan hukum yang diambilnya di samping terikat dengan method ijtihad yang dijadikannya sebagai pedoman dalam pengambilan suatu hukum. Khalifah tidak dibenarkan melegalisasikan suatu hukum berdasarkan method ijtihad yang bertentangan dengan apa yang telah ditentukannya, dan tidak diperkenankan mengeluarkan suatu perintah yang bertentangan dengan hukum-hukum yang telah ditentukannya.

Artikel 37

Khalifah memiliki hak mutak untuk mengatur urusan-urusan rakyat sesuai dengan pendapat dan ijtihadnya. Hanya Khalifah tidak diperkenankan menyalahi hukum syara' dengan alasan kemaslahatan. Jadi, Khalifah tidak boleh melarang mengimport barang-barang dengan suatu alasan, melindungi produksi dalam negeri, misalnya; Khalifah juga tidak boleh menentukan harga dasar kepada rakyat dengan suatu dalil, misalnya mencegah adanya eksplotasi; demikian pula Khalifah tidak boleh memaksa seorang pemilik untuk menyewakan tempat miliknya dengan alasan demi memudahkan penduduk mendapatkan tempat tinggal; atau tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan hukum syara'. Khalifah tidak dibenarkan mengharamkan sesuatu yang mubah(harus) atau membolehkan sesuatu yang haram.

Artikel 38

Tidak ada batas waktu tertentu jabatan Khalifah. Selama tetap mempertahankan dan melaksanakan hukum syara', serta mampu melaksanakan tugas-tugas negara, ia tetap menjawat sebagai Khalifah, kecuali terdapat perubahan keadaan yang menyebabkan ia tidak layak lagi menjawat sebagai Khalifah sehingga harus segera diberhentikan.

Artikel 39

Hal-hal yang mengubah keadaan Khalifah sehingga tidak layak lagi menjawat sebagai Khalifah:

1.Jika salah satu syarat dari syarat-syarat in'iqad Khalifah, yang sekaligus merupakan syarat-syarat kesinambungan Khalifah, telah digugur. Misalnya murtad, fasih secara terang-terangan, gila dan lain-lain.

2.Tidak mampu memikul tugas-tugas Khalifah oleh kerana seuatu sebab tertentu.

3.Adanya tekanan yang menyebabkan ia tidak mampu lagi menjalankan urusan kaum muslimin menurut pendapatnya yang sesuai dengan ketentuan hukum-hukum syara'. Bila terdapat tekanan dari pihak tertentu sehingga Khalifah tidak mampu memelihara urusan rakyat menurut pendapatnya sendiri sesuai dengan hukum syara', sehingga tidak layak lagi menjabat sebagai Khalifah.

Hal ini berlaku dalam dua keadaan:

Pertama:Apabila salah atau beberapa orang dari para pendampingnya menguasai Khalifah sehingga mereka mendominasi pelaksanaan urusan pemerintahan. Apabila masih ada harapan dapat terbebas dari kekuasaan mereka, maka ditegur dan diberi jangka untuk membebaskan diri. Jika ternyata tidak mampu mengatasi dominasi mereka maka di diberhentikan. Bila tidak ada harapan lagi maka segera Khalifah diberhentikan.

Kedua:Apabila Khalifah menjadi tawanan musuh yang menaklukkan negerinya baik dengan cara ditawan atau ditekan, maka dalam situasi demikian perlu dipertimbangkan. Jika masi ada harapan untuk dibebaskan maka pemberhentiannya ditangguhkan sampai batas tidak ada harapan lagi untuk membebaskannya, dan jika demikian, barulah dia diberhentikan. Bila sejak awal tidak ada harapan sama sekali untuk membebaskannya maka segera diganti.

Artikel 40

Mahkamah madzalim adalah satu-satunya lembaga yang menentukan adanya perubahan keadaan pada diri Khalifah: apakah layak menjawat sebagai Khalifah atau tidak. Mahkamah ini merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki kuasa memberhentikan atau menegur Khalifah.

MU'AWWIN AT-TAFWIDL(Pambantu Khalifah Dalam Ketatanegaraan)

Artikel 41

Khalifah menentukan seorang Mu'awwin Tafwidl yang bersama Khalifah bertanggungjawab tentang jalannya pemerintahan. Mu'awwin Tafwidl diberi kuasa untuk mengatur berbagai urusan berdasarkan pendapat dan ijtihadnya.

Artikel 42

Mu'awwin Tafwidl disyaratkan sebagaimana prasyarat Khalifah, iaitu lelaki, merdeka, Islam, baligh, berakal dan adil. Disyaratkan pula hendaknya memilih kemampuan terhadap hal-hal yang menyangkut tugas-tugas yang diserahkan kepadanya.

Artikel 43

Dalam pernyerahan tugas kepada Mu'awwin Tafwidl, disyaratkan dua hal: Pertama: Kedudukannya melengkapi segala urusan negara. Kedua: Sebagai wakil Khalifah. Disaat pengangkatannya Khalifah harus menyatakan : "Aku serahkan kepadamu apa-apa yang menjadi tugasku sebagai wakilku" atau dengan reaksi lain, yang mencakup kedudukan yang umum dan bersifat mewakili. Apabila dalam penyerahan tugas tidak berbentuk demikian, maka pengangkatannya tidak sah, dan dia tidak memiliki kuasa selaku Mu'awwin Tafwidl.

Artikel 44

Tugas Mu'awwin Tafwidl adalah memberi laporan kepada Khalifah, tentang apa yang telah diputuskan/apa yang dilakukan, atau tentang penunjukan/penugasan wali dan pejabat, agar kuasanya tidak sama seperti Khalifah. Tugasnya adalah memberi laporan dan melaksanakan apa yang diperintahkan.

Artikel 45

Khalifah wajib mengetahui tugas-tugas perkerjaan Mu'awwin Tafwidl dan cara-cara pelaksanaannya terhadap berbagai tugas, agar Khalifah membenarkan yang sesuai dengan kebenaran dan mencari kalau terjadi kesalahan, berdasarkan suatu sandaran bahawa peraturan urusan umat adalah tugas Khalifah yang dijalankan berdasarkan ijtihadnya.

Artikel 46

Apabila Mu'awwin Tafwidl telah mengatur suatu urusan, lalu disetujui oleh Khalifah, maka dia dapat melaksanakannya sesuai dengan apa yang disetujui Khalifah, tanpa mengurangi atau menambahnya. Jika Khalifah menarik kembali pendapatnya, berkeberatan dan menolak apa yang sudah dilaksanakan Mu'awwin Tafwidl, maka dalam hal ini perlu dipertimbangkan: Jika masih dalam kerangka pelaksanaan hukum sesuai dengan perintahnya atau menyangkut harta yang sudah diserahkan kepada yang berhak, maka apabila demikian halnya pendapat Mu'awwinlah yang berlaku, yang pada dasarnya itu adalah pendapat Khalifah juga, atau harta yang sudah dibahagikan. Sebaliknya jika apa yang sudah dilaksanakan oleh Mu'awwin di luar ketentuan-ketentuan tersebut, seperti mengangkat wali atau melengkapkan pasukan, maka Khalifah berhak menolak perbuatan Mu'awwin dan dalam keadaan ini, yang berlaku adalah pendapat Khalifah. Bertitik tolak bahawasanya Khalifah memiliki hak untuk mengubah kembali kebijaksanaannya ataupun kebijaksanaan Mu'awwinnya.

Artikel 47

Mu'awwin tafwidl tidak terikat dengan salah satu instansi atau salah satu bahagaian dari tugas-tugas pemerintahan, bertitik tolak dari kekuasaannya yang bersifat umum.ia tidak menangani urusan-urusan administratif secara langsung. Pegawasannya bersifat umum terhadap seluruh badan administrasi negara.

MU'AWWIN AT-TANFIDZ(Pembantu Khalifah Dalam Kesetiauasahaan)

Artikel 48

Khalifah mengangkat Mu'awwin Tanfidz sebagai pembantu dalam kesetiausahaan. Tugasnya menyangkut bidang administartif, dan bukan pemerintahan. Instansinya nerupakan salah satu badan melaksanakan instruksi yang berasal dari Khalifah kepada instansi dalam mahupun luar negeri, begitu juga untuk memberi laporan apa yang telah diterimanya kepada Khalifah. Instansinya berfungsi sebagai perantara Khalifah dan pejabat lain, menyampaikan tugas dari Khalifah atau sebaliknya mahupun menyampaikan laporan/rencana kepadanya.

Artikel 49

Mu'awwin Tanfidz disyaratkan seorang lelaki, muslim, beranjak dari angggapan bahawa ia akan menjadi pendamping Khalifah.

Artikel 50

Mu'awwin Tanfidz selalu berhubung langsung dengan Khalifah, seperti halnya Mu'awwin Tafwidl. Dia dianggap seperti layaknya seorang Mu'awwin dalam hal pelaksanaan, bukan menyangkut pemerintahan.

AMIRUL JIHAD

Artikel 51

Amirul Jihad terdiri dari empat Kementerian, iaitu bidang Luar Negeri, Pertahanan, Keamanan Dalam Negeri dan Perindustrian. Semuanya diatur dan dipimpin oleh Amirul Jihad.

Artikel 52

Kementerian Luar Negeri mengatur urusan-urusan luar negeri yang berkaitan dengan hubuingan pemerintah dengan negara-negara asing, di dalam segala aspek.

Artikel 53

Kementerian Pertahanan mengatur seluruh urusan yang berhubung dengan angkatan bersenjata, baik menyangkut tentera, kepolisian, perlengkapan tempur, pengiriman pasukan tempur dan sebagainya termasuk akademik ketenteraan, delegasi ketenteraan dan semua hal yang diperlukan dari kebudayaan Islam mahupun pengetahuan umum bagi pasukan, begitu pula yang berkaitan dengan peperangan dan persiapannya.

Artikel 54

Kementerian Keamanan Dalam Negeri mengatur urusan administarsi yang berkaitan dengan keamanan dan bertanggungjawab terhadap kestabilan keamanan dalam negeri dan menggunakan angkatan bersenjata; dan kepolisian sebagai unsur untuk menjaga keamanan.

Artikel 55

Kementerian Perindustrian mengatur semua urusan yang berkaitan dengan industri, baik industri berat seperti pembuatan turibin, mesin, rangka pesawat, dan industri elektronik, ataupun industri ringan. Pengaturannya mencakupi industri pabrik yang produksinya tergolong jenis pemilikan umum mahupun milik individu yang ada hubungannya dengan industri senjata. Seluruh pabrik industri yang ada, harus dibangun atas dasar politik pertahanan.

ANGKATAN BERSENJATA

Artikel 56

Jihad adalah kewajipan bagi seluruh kaum muslimin dan umum bersifat wajib. Setiap lelaki muslim yang berusia 15 tahun diharuskan mengikuti wajib ketenteraan, sebagai persiapan jihad. Merekrut anggta pasukan merupakan fardu kifayah.

Artikel 57

Angkatan bersenjata terdiri atas dua bahagian: Pertama; pasukan cadangan yang terdiri atas seluruh kaum muslimin yang mampu mengguna senjata. Kedua; pasukan tetap/reguler yang bergaji sesuai dengan ketentuan anggaran belanja sebagaimana para pengawal negeri lainnya.

Artikel 58

Angkatan bersenjata merupakan satu kesatuan yang disebut tentera. Dari kalangan mereka dipilih golongan khusus yang memiliki peraturan terpisah. Mereka diberikan pengetahuan tambahan. Golongan ini disebut kepolisan.

Artikel 59

Kepolisian bertugas menjaga ketertiban dan kedisiplinan rakyat dan menjaga keamanan serta melaksanakan berbagai bidang yang bersifat operasional.

Artikel 60

Dalam angakatan bersenjata ditentukan adanya liwa' bendera dan panji/raya. Khalifahlah yang menyerahkan bendera kepada komandan divisi yang bertanggungjawab pada pasukan. Sedangkan panji diserahkan oleh komdan divisi kepada komandan batalion.

Artikel 61

Khalifah adalah panglima angkatan bersenjata. Dialah yang mengangkat kepala staf gabungan dan dia pula menetapkan seorang komandan untuk tiap divisi, dan seorang komandan untuk setiap batalion. Pangkat pasukan lainnya ditentuan oleh para komandan divisi dan komandan batalion. Penetapan seseorang perwira harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuannya tentang ketenteraan/perang, dan yang menetapkannya adalah staf gabungan.

Artikel 62

Seluruh angkatan bersenjata ditetapkan sebagai kesatuan yang ditempatkan diberbagai markas/kompleks militer. Sebahagian kompleks militer ini harus ditempatkan diberbagai daerah, sebahagian lainnya ditempatkan di tempat-tempat strategik dan sebahagian yang lain ditempatkan dikompleks-kompleks yang bersifat umum dan dijadikan sebagai pasukan siap tempur. Kompleks-kompleks ketenteraan dibentuk dalam berbagai unik dan setiap unitnya disebut batalion. Setiap batalion diberi nombor, seperti batalion I, batalion 3 dan seterusnya, atau dinamakan dengan salah satu nama wilayah/disrik.

Artikel 63

Setiap perajurit harus diberikan pendidikan ketenteraan semaksimum mungkin. Hendaknya ditingkatkan pula kemampuan befikir setiap perajurit sesuai dengan kemampuan yang ada. Hendakanya setiap perajurit diberikan pengetahuan kebudayaan Islam, sehingga memiliki wawasan tentang Islam sekalipun dalam bentuk global.

Artikel 64

Di setiap kompleks/markas harus terdapat sejumlah perwira yang cukup dan memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ketenteraan, serta berpengalaman dalam menyusun strategi perang dan mengatur peperangan. Hendaknya perwira di setiap batalion diperbanyakkan dalam jumlah tak terhingga, sesuai kemampuan yang ada.

Artikel 65

Setiap pasukan harus dilengkapi dengan persenjataan, bekalan, saran dan fasiliti yang diperlukan serta kepentingan-kepentingan lainnya, yang membantu pelaksanaan tugasnya sebagai pasukan Islam.

AL QADLA (Badan Kehakiman)

Artikel 66

Tugas Qadla adalah pemberitahuan keputus dan hukum yang bersifat mengikat. Badan pengadilan in bertugas menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara sesama masyarakat, atau mencegah hal-hal yang dapat merugikan hak jama'ah, atau mengatasi perselisihan yang terjadi antara warga masyarakat dengan pegawai pemerintah, baik Khalifah, pejabat atau pegawai lainnya.

Artikel 67

Khalifah menetapkan qadli Qudlat/amir qadla yang dipilih dari kalangan lelaki, baligh, merdeka, Islam, berakal,adil dan ahli fiqih. Qadli qudlat memiliki kekuasaan mengangkat qadli-qadli, memperingatkan dan memberhentikan mereka dari jabatannya, sesuai dengan peraturan administrasi yang berlaku. Pegawai-pegawai mahkamah peradilan terikat dengan ketua pejabat peradilan, yang mengatur urusan administrasi untuk seluruh peradilan.

Artikel 68

Para Qadli terbahagi dalam tiga golongan:

1) Qadli biasa, berkuasa menyelesaikan perselisihan dalam urusan muamalat dan uqubat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

2) Qadli muhtasib, berkuasa menyelesaikan perlanggaran-perlanggaran yang merugikan hak-hak jemaah masyarakat.

3) Qadli madzalim berkuasa mengatasi perselisihan yang tejadi antara warga masyarakat dengan negara.

Artikel 69

Qadli biasa dan muhtasib disyaratkan dari kalangan orang Islam yang merdeka, baligh, berakal, adil dan faqih, serta memahami cara memilih hukum sesuai dengan kenyataan. Sedangkan Qadli madzalim, disyaratkan sebagaimana syarat pada qadli di atas, ditambah prasyarat lelaki dan mujtahid.

Artikel 70

Qadli biasa dan qadli muhtasib ditentukan dan diberi wewenang secara mutlak dalam seluruh kasus yang terjadi diseluruh negeri, atau ditentukan dan diberi kuasa yang terbatas pada kes-kes peradilan tertentu di daerah-daerah tertentu. Qadli madzalim ditentukan dan diberi kuasa secara mutlak yang mencakup seluruh jenis perkara. Dilihat dari segi wilayah kekuasaan qadli madzalim boleh diangkat untuk seluruh negeri, atau untuk daerah tertentu.

Artikel 71

Mahkamah pengadilan tidak boleh terbentuk dari seorang qadli; yang berkuasa memutuskan suatu perkara. Seorang Qadli boleh dibantu oleh satu atau lebih qadli lain, tetapi mereka tidak mempunyai kuasa menjatuhkannya. Kuasa mereka hanyalah bermusyawarah dan mengemukakan pendapat, namun pendapat mereka tidak memaksa qadli untuk menerimanya.

Artikel 72

Seorang qadli tidak boleh memutuskan perkara, kecuali di dalam ruang sidang pengadilan. Pembuktian dan sumpah dianggap sah, hanya dalam ruang pengadilan.

Artikel 73

Bentuk mahkamah boleh berbeza-beza tergantung jenis perkaranya. Sebahagian qadli boleh ditugaskan untuk menyelesaikan perkara-perkara saja dan perkara lainnya diserahkan kepada mahkamah yang lain.

Artikel 74

Mahkamah banding tingkat pertama mahupun mahkamah banding tingkat kedua tidak boleh ada. Kerana seluruh bentuk pengadilan (dalam hal memutuskan satu perselisihan) kedudukannya sama. Apabila seorang qadli memutuskan satu perkara, keputusannya sah/berlaku dan tidak boleh seorang qadli lain membatalkan keputusannya.

Artikel 75

Dengan hak-hak umum yang tidak ada penentuanya, dengan syarat tidak termasuk perkara hudud dan jenayat.

Artikel 76

Qadli muhtasib memiliki kuasa untuk memutuskan perkara terhadap penyimpangan yang diketahuinya secara langsung, di manapun tempatnya tanpa memerlukan ruang pengadilan. Sejumlah polisi yang berada di bawah kuasanya, dipersiapkan untuk melaksanakan perintahnya keputusan yang diambilnya harus dilaksanakan.

Artikel 77

Qadli muhtasib memiliki hak untuk wakil-wakilnya yang memenuhi syarat-syarat seorang muhtasib. Mereka ditugaskan diberbagai temapt, dan masing-masing memiliki kuasa untuk dapat melakukan tugasnya, untuk menyelesaikan perkara-perkara yang diserahkan kepada mereka, baik di daerah tingkat dua ataupun dikeluaran-keluaran yang sudah ditentukan.

Artikel 78

Qadli madzalim diangkat untuk menyelesaikan setiap tindakan kezaliman yang menimpa setiap orang yang hidup di bawah kekuasaan negara, baik rakyatnya sendiri mahupun bukan, baik kezaliman itu dilakukan oleh Khalifah mahupun pejabat-pejabat lain, termasuk yang dilakukan oleh para pegawai.

Artikel 79

Qadli madzalim ditetapkan dan diangkat oleh Khalifah atau oleh qadli qudlat. Khalifah ataupun qadli qudalt tidak berhak memberhentikannya. Segala tindakan dan perbuatan qadli madzalim diertimbangkan hanya oleh mahkamah madzalim. Mahkamah inilah yang mempunyai kuasa untuk memberhentikannya.

Artikel 80

Qadli madzalim tidak seharusnya hanya dua atau lebih. Khalifah dapat menetapkan dan mengangkat beberapa orang, sesuai dengan keperluan dalam mengatasi tindakan kezaliman. Tatkala para qadli tersebut melakasanakan tugasnya, kuasa mengambil keputusan hanya ada pada seseorang. Sejumlah qadli madzalim boleh mengikuti dan mendampingi hakim pada saat sidang, namun kuasa mereka hanya terbatas pada pemberian hujah dan pendapat. Hujah dan pendapat mereka tidak menjadi ketetapan atau keharusan untuk diterima oleh qadli madzalim.

Artikel 81

Mahkamah madzalim berhak untuk memberhentikan pejabat atau pegawai negara manapun dan mahkamah ini juga berhak memberhentikan Khalifah.

Artikel 82

Mahkamah madzalim memiliki kuasa mempertimbangkan setiap tindakan kezaliman, baik yang berhubung dengan orang-orang tertentu dalam pegawai pemerintahan mahupun yang berhubung dengan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Khalifah terhadap hukum-hukum syara', atau yang berkaitan dengan penafsiran terhadap salah satu dari nash-nash syara' yang tecantum dalam UUD, undang-undang dan semua hukum syara' yang dilegalisasi berdasarkan kaedah ijtihad yang ditetapkan oleh Khalifah, atau yang berhubung dengan penentuan salah satu jenis pajak dan berbagai tindakan kezaliman lainnya.

Artikel 83

Untuk qadli madzalim tidak disyaratkan adanya sidang atau adanya tuntutan dan penuntut. Mahkamah madzalim berhak memeriksa dan mempertimbangkan suatu tindakan kezaliman, walaupun tidak ada tuntutan dari sesiapapun.

Artikel 84

Setiap orang berhak mewakilkan orang lain/pengacara dalam suatu perkara perselisihan dan membelanya. Hak tersebut mancakupi semua orang baik orang Islam mahupun non-Islam, lelaki mahupun perempuan, tanpa ada perbezaan antara pihak yang diwakili dan pihak yang mewakili. Pihak yang diwakili boleh memberi upah/bayaran dan pihak yang mewakili berhak mendapatkan upah, sesuai dengan kesepakatan antara keduanya.

Artikel 85

Setiap orang yang memilih kuasa dalam salah satu tugas yang bersifat individual seperti washi yang diserahi wasiat dan wali, atau tugas yang bersifat umum seperti Khalifah, pejabat pemerintah lainnya, pegawai negeri, muhtasib dan qadli madzalim. Kesemuanya berhak mengangkat seseorang yang menggantikannya dan bertindak selaku wakil dalam perkara perselisihan dan pembelaan saja, dilihat kedudukan mereka sebagai washi, wali, Khalifah, pejabat pemerintah, pegawai negeri, muhtasib atau qadli madzalim. Tidak ada perbezaan kedudukan masing-masing aebagai terdakwa atau sebagai penuntut.

AL-WULAT( Gabenor )

Artikel 86

Seluruh daerah yang dikuasai oleh negara Islam dibahagikan ke dalam beberapa bahagian. Setiap bahagian dinamakan wilayah. Setiap wilayah terbahagi menjadi beberapa bahagian pula, masing-masing dinamakan `Imalat' (daerah). Yang memerintah wilayah dinamakan wali atau amir dan yang memerintah imalat dinamakan amil atau penguasa daerah.

Artikel 87

Wali dipilih dan diangkat oleh Khalifah, sedangkan amil dipilih dan diangkat oleh Khalifah atau wali (apabila Khalifah memberikan mandat kepada wali). Persyaratan bagi wali dan amil, sama dengan persyaratan bagi Mu'awwin iaitu lelaki, merdeka, Islam, baligh, berakal, adil, memiliki kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan yang diberikan, dan dipilih dari kalangan orang bertaqwa serta berkeperibadian kuat.

Artikel 88

Wali mempunyai kuasa memerintah dan mengawasi seluruh pekerjaan disegenap daerah kekuasaannya, sebagai wakil dari Khalifah. Wali memiliki kuasa di daerah kekuasaannya sebagaimana yang dimiliki Mu'awwin tafwidl, dan memiliki kekuasaan terhadap penduduk wilayahnya, serta mempertimbangkan semua yang berkaitan dengan urusan wilayahnya kecuali kewangan, peradilan dan militer. Dari segi operasionalnya polisi ditempatkan di bawah kekuasaannya, bukan dari segi administarsinya.

Artikel 89

Wali tidak harus memberikan laporan kepada Khalifah tentang apa yang dilakukan di wilayah kekuasannya, kecuali aktiviti yang berdasarkan kehendaknya sendiri. Apabila terdapat rencana baru yang tidak ditetapkan sebelumnya, ia harus memberikan laporan kepada Khalifah, kenudian baru dilaksanakan berdasarkan perintah Khalifah. Apabila dengan mengunggu persetujuan dari khalifah suatu urusan dikuwatir terbengkalai, maka ia boleh melakukannya serta wajib melaporkannya kepada Khalifah dan menjelaskan tentang sebab-sebab tidak ada laporan sebelum pelaksanaan.

Artikel 90

Di setiap wilayah harus terdapat satu majlis yang keanggotaannya dipilih oleh penduduk setempat dan dipimpin oleh wali. Majlis ini memiliki kuasa turut serta dalam menyampaikan hujah dan pendapat mengenai urusan-urusan pentadbiran, bukan dalam urusan kekuasaan (pemerintahan). Pendapat mahupun sarana majlis tidak memaksa wali untuk melaksanakannya.

Artikel 91

Masa jabatan seorang wali di wilayahnya tidak boleh diperpanjang. Seorang wali boleh diberhentikan dari jabatannya apabila ia memiliki pengaruh yang kuat di wilayahnya atau masyarakat sudah mengagungkannya.

Artikel 92

Tidak boleh memutasikan seorang wali dari satu wilayah ke wilayah yang lain, kerana kedudukannya bersifat umum untuk setiap manusia, walaupun terbatas pada wilayah tertentu. Seorang wali boleh diberhentikan kemudian diangkat lagi di tempat lain.

Artikel 93

Wali diberhentikan apabila Khalifah melihatnya layak untuk diberhentikan, atau apabila majlis umat menyatakan ketidakpuasan kepadanya, baik disertai alasan atau tidak, atau apabila seluruh penduduk wilayah itu menampakkan rasa benci terhadapnya. Pemberitahuannya hanya dilakukan oleh Khalifah.

Artikel 94

Khalifah wajib meneliti dan mengawasi pekerjaan dan tindak tanduk setiap wali dengan sungguh-sungguh. Khalifah dapat memujuk wakil-wakilnya untuk mengungkapkan keadaan para wali, mengadakan pemeriksaan terhadap mereka, mengumpulkan mereka satu persatu atau sebahagian dari mereka sewaktu-waktu, dan mendengar pergaduan-pengaduan rakyat terhadap mereka.

MASHALIHUD DAULAH( Badan Pentadbiran )

Artikel 95

Urusan pentadbiran negara dan kepentingan rakyat, diatur oleh departement, biro-biro dan unit-unit, yang bertugas menjalankan pemerintahan dan memenuhi kepentingaan rakyat.Artikel 96Prinsip aturan pentadbiran di departement-departement, biro-biro dan unit-unit pemerintahan berlandaskan sederhana dalam sistem, cepat dalam pelaksanaan tugas serta memiliki kemampuan bagi mereka yang memimpin urusan administrasi negara.

Artikel 97

Setiap warganegara yang memiliki kemampuan, baik lelaki mahupun perempuan, Islam ataupun non-Islam dapat ditunjuk sebagai direktur untuk biro dan unit apapun, atau sebagai pegawai dalam salah satu pejabat pentadbiran.

Artikel 98

Setiap unit ditentukan seorang direktur jeneral dan setiap pentadbiran serta biro diangkat juga seorang direktur yang mengatur dan bertanggungjawab secara langsung terhadap instansinya. Direktur-direktur ini bertanggungjawab kepada ketua masing-masing di pusat. Mereka bertanggungjawab terhadap departement, biro atau unit yang mereka pimpin, ditinjau dari segi pelaksanaan tugas-tugasnya, dan bertanggungjawab pula kepada wali dan amil, dilihat dari segi keterikatannya dengan hukum-hukum syara' serta peraturan negara.

Artikel 99

Para diretur disetiap departement, biro dan unit tidak dapat diberhentikan, kecuali terdapat alasan yang sesuai dengan ketentuan pentadbirannya. Mereka dapat dipindahkan dari satu tugas ke tugas lainnya, dan dibebas tugaskan. Pengangkatan, mutasi, pembebas tugasan, sanksi dan pemberhentian dilakukan oleh kepala instansi pusat untuk masing-masing departemen, biro dan unit.

Artikel 100

Para pegawai selain direkur, maka penunjukan, pemindahan, pembebas tugasan, sanksi dan pemberhentiannya, ditentukan oleh kepala instansi pusat untuk masing-masing departemen, biro dan unit.

MAJLIS UMMAT

Artikel 101

Majlis ummat adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan pendapat sebahagian bahan bagi Khalifah. Orang non-muslim dibolehkan menjadi anggota majlis ummat untuk menyampaikan pengaduan tentang kezaliman para pemguasa atau penyimpangan dalam pelaksanaan hukum Islam.

Artikel 102

Anggota majlis ummat dipilih memalui pemilihan umum.

Artikel 103

Sertiap warganegara yang baligh, dan berakal berhak menjadi anggota majlis ummat, baik lelaki atau perempuan, Islam ataupun non-Islam. Keanggotaan orang non-muslim terbatas pada penyampaian pengaduan tentang kezaliman para penguasa atau penyimpangan dalam pelaksanaan hukum Islam.

Artikel 104

Syura/musyawarah adalah pengambilan pendapat yang bersifat tidak mengikat, dan al-Masyura/permufakatan adalah pengambilan pendapat yang mengikat tetapi tidak termasuk ke dalam urusan tasyri'/perundangan, terminologi, mahupun idea yang menyangkut pengungkapan suatu kebenaran, atau yang menyangkut teknik dan segi keilmuan.

Artikel 105

Syura adalah hak bagi kaum muslimin saja dan bukan hak rakyat non-Islam, tetapi penyampaian pendapat dibolehkan bagi semua warganegara. Baik orang Islam mahupun non-Islam.

Artikel 106

Persoalan-persoalan yang termasuk ke dalam syarat dan yang tergolong dalam istilah Musyawarah diambil berdasarkan pendapat majoriti, tanpa mempertimbangkan pendapat tersebut benar atau tidak. Selain hal ini yang masih termasuk ke dalam urusan syura, maka yang dipertimbangkan adalah kebenarannya, tanpa mempertimbangkan suara mejoriti atau minoriti.

Artikel 107

Majlis ummat memiliki empat tanggungjawab:

1. a) Setiap hal yang termasuk dalam kategori Masyuarah yang berkaitan dengan urusan dalam negeri harus diambil berdasarkan pendapat majlis ummat, seperti urusan ketatanegaraan, pendidikan, kesihatan, ekonomi dan lain-lain. Dalam hal ini pendapat majlis ummat bersifat mengikat. Hal-hal yang berada di luar kategori Masyuarah, maka pendapat Majlis Ummat tidak harus diambil. Pendapat Majlis Ummat tidak harus diambil dalam urusan politik luar negeri, kewangan dan ketenteraan.

b) Majlis ummat berhak meminta pertanggungjawaban pemerintah terhadap seluruh kegiatan yang terjadi sehari-hari, baik menyangkut urusan dalam negeri, luar negeri, kewangan mahupun ketenteraan. Pendapat Majlis ummat dalam hal ini mengikat selama tidak bertentangan dengan hukum syara'. Jika terjadi perbezaan pendpat antara Majlis ummat dengan penguasa dalam meneliti suatu kegiatan dilihat dari segi hukum syara', maka hal ini dikembalikan kepada mahkamah madzalim.

2.Majlis ummat berhak menyampaikan undi tidak percaya terhadap para wali atau mu'awwin. Dalam hal ini pendapatnya bersifat mengikat, dan Khalifah wajib memberhentikan mereka.

3.Hukum-hukum yang akan diberlakukan Khalifah dalam UUD dan perundang-undangan disampaikan kepada Majlis ummat. Kaum muslimin yang menjadi anggota Majlis ummat, berhak memperbincangkan dan mengeluarkan pendapat, tetapi pendapatnya tidak mengikat.

4.Kaum muslimin yang menjadi anggota majlis ummat berhak membatasi calon khalifah, dan pendapat mereka dalam hal ini bersifat mengikat, sehingga calon lain tidak dapat diterima.

SISTEM SOSIAL(Tata Pergaulan antara Lelaki dan Perempuan)

Artikel 108

Perempuan adalah seorang ibu dan pengatur rumahtangga, serta kehormatannya wajib mendapat perlindungan.Artikel 109Kehidupan kaum lelaki terpisah dengan kaum perempuan. Mereka tidak boleh berkumpul kecuali jika terdapat suatu keperluan hidup sebatas yang dibolehkan syara', seperti jual beli, atau keperluan untuk berkumpul misalnya untuk melaksanakan ibadah haji.

Artikel 110

Wanita mendapatkan hak dan kewajipan yang sama dengan lelaki, kecuali sesuatu yang dikhususkan oleh Islam untuk wanita atau lelaki, berdasarkan dalil-dalil syar'ie. Wanita memiliki hak berdagang, melakukan aktiviti pertanian, perindustrian dan melakukan berbagai macam transaksi/ mu'amalat lainnya. Dibolehkan memiliki setiap jenis pemilikian, dan mengembangkan kekayaannya, baik secara sendiri ataupun berkerjasama dengan orang lain, serta berhak menjalankan segala urusan kehidupan.

Artikel 111

Wanita boleh diangkat sebagai pegawai negeri, memilih anggota Majlis ummat dan menjadi anggota Majlis ummat, serta berhak memilih Khalifah dan memba'iatnya.

Artikel 112

Seorang wanita tidak dibolehkan memangku jawatan pemerintahan, seperti Khalifah, Mu'awwin, Wali atau Amil dan tidak dibolehkan memangku jawatan apapun yang berhubung dengan kekuasaan negara.

Artikel 113

Wanita bergaul di tengah masyarakat mahupun dalam kehidupan rumahtangganya sendiri. Di tengah kehidupan masyarakat umum dibolehkan bergaul bersama kaum wanita atau kaum lelaki baik yang muhrim atau yang bukan muhrim, dengan syarat tidak menampakkan auratnya, kecuali muka dan telapak tangan, tanpa tabarruj/bersolek berlebihan dan tidak menapilkan lekuk tubuhnya. Dalam kehidupan rumahtangga tidak dibolehkan sama sekali bergaul dengan kaum lelaki kecuali kepada wanita mahupun muhrimnya. Dalam kedua kehidupan ini wanita harus terikat dengan seluruh hukum syara'.

Artikel 114

Wanita dilarang berkhalwat tanpa muhrim dan dilarang bertabarruj serta menampakkan auratnya di depan lelaki yang bukan muhrimnya.

Artikel 115

Seorang lelaki mahupum wanita tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dapat membahayakan akhlak atau mengundang sesuatu kerosakan dalam masyarakat meskipun perbuatan itu termasuk dalam salah satu hukum yang dibolehkan oleh syara', misalnya menggaji wanita sebagai pramugari atau anak lelaki yang tampan digunakan sebagai daya tarik seksual terhadap kaum lelaki di salon, restoran dan lain-lain.

Artikel 116

Kehidupan suami isteri adalah kehidupan yang menghasilakn ketenangan. Pergaulan suami isteri adalah pergaulan persahabatan. Kepemimpinan suami terhadap isteri adalah kepemimpinan yang bertanggungjawab, bukan kepemimpinan seperti seorang penguasa. Seorang isteri diwajibkan taat dan seorang suami diwajibkan memberi nafkah selayaknya, menurut standart kebiasaan.

Artikel 117

Suami isteri berkerja secara harmonis dalam melaksanakan tugas-tugas rumahtangga. Suami berkewajipan melaksanakan seluruh tugas-tugas yang dilakukan di luar rumah, sedangkan seorang isteri berkewajipan melaksanakan seluruh tugas-tugas yang ada di dalam rumah sesuai dengan kemampuannya. Suami berkewajipan mencarikan pembantu rumah dalam jumlah yang memadai untuk membantu pekerjaan rumahtangga yang tidak dapat dilaksanakan oleh isteri.

Artikel 118

Pemeliharaan terhadap anak-anak adalah hak dan kewajipan wanita, baik yang muslim mahupun yang bukan selama mana anak kecil memerlukan pemeliharaan/perawatan. Pabila sudah tidak memerlukan pemeliharaan lagi dapat dipertimbangkan; jika ibu yang memelihara anak dan walinya/ayah kedua-duanya Islam maka terhadap anak tersebut diberikan pilihan untuk tinggal bersama orang yang dikehendakinya. Bagi orang yang dipilihnya maka ia berhak hidup bersamanya baik lelaki ataupun wanita, tanpa membezakan lagi apakah anak tersebut lelaki ataupun wanita. Apabila salah satu di antara keduanya itu non-Islam, maka anak ini tidak diberikan pilihan, melainkan hendaknya diserahkan kepada pihak yang muslim saja.

SISTEM EKONOMI

Artikel 119

Politik ekonomi bertolak dari pandangan yang mengarah ke bentuk masyarakat yang hendak diwujudkan seiring dengan pandangannya tatkala memenuhi keperluan. Bentuk masyarakat yang hendak diwujudkan harus dijadikan asas untuk memenuhi keperluan.

Artikel 120

Permasalahan ekonomi adalah tata cara penagihan harta benda dan jasa kepada seluruh individu masyarakat serta memberi mereka peluang untuk menafaatkannya dengan memberi kesempatan untuk memilikinya dan berusaha untuk mendapatkannya.

Artikel 121

Seluruh keperluan utama setiap anggota masyarakat yang harus dijamin secara sempurna. Harus dijamin pula hak setiap individu untuk memenuhi keperluan sekunder semaksimum mungkin.

Artikel 122

Harta adalah milik Allah semata dan Dialah yang memberi hak penuh kepada manusia untuk mneguasainya dan dengan kekuasaan ini menjadi miliknya. Dia pula yang mengizinkan setiap individu untuk mendapatkannya, dan dengan izin khusus ini benar-benar menyedari miliknya.

Artikel 123

Pemilikan itu ada tiga macam iaitu pemilikan individu, pemilikan umum dan pemilikan negara.

Artikel 124

Pemilikan individu adalah hukum syar'i yang ditentukan atas benda atau manfaat yang mengharuskan terbukanya peluang bagi orang yang memilikinya untuk memperolehi manfaat serrta mendapatkan keuntungan/upah dari penggunaannya.

Artikel 125

Pemilikan umum adalah izin AIlah selaku pembuat hukum kepada suatu jemaah/kelompok masyarakat untuk memanfaatkan sumber alam secara bersama-sama.

Artikel 126

Setiap kekayaan yang penggunaannya tergantung pada pendapat khalifah dan ijtihadnya, dianggap sebagai pemilikan negara seperti harta pajak, kharaj dan jizyah.

Artikel 127

Pemilikan individu terhadap kekayaan bergerak dan tidak bergerak terikat hanya dengan lima sebab yang diizinkan oleh syara' iatiu:

a) Bekerja

b) Warisan

c) Kebutuhan mendesak terhadap harta kekayaan untuk mempertahankan hidup.

d) Pemberian kekayaan negara kepada rakyat.

e) Kekayaan yang dikeluarkan individu tanpa mengeluarkan biaya atau usaha keras.

Artikel 128

Penggunaan hak milik, terikat dengan izin dari Allah selaku pembuat hukum, baik penggunaannya untuk infaq atau bertujuan pengembangan harta/kekayaan. Dilarang berfoya-foya, menghambur-hamburkan harta dan kikir. Tidak diperbolehkan mendirikan tempat berdasarkan sistem kapitalis, atau koperasi dan semua bentuk transaksi yang bertentangan dengan syara', mengembangkan sistem riba, memanipulasi harga secara berlebihan, penimbunan, perjudian dan sebagainya.

Artikel 129

Tanah `usyriyah adalah tanah yang terdapat di suatu negeri yang penduduknya masuk Islam dan tanah Jazirah Arab. Tanah kharajiyah adalah tanah yang terdapat di suatu negeri yang takluk melalui peperangan atau perdamaian kecuali tanah Jazirah Arab. Tanah `usyruah menjadi hak milik individu termasuk pemanfaatannya milik individu; sebaliknya tanah kharajiyah menjadi miliki negara dan pemanfaatannya milik individu. Setiap individu dibolehkan menjual dan memberikan tanah `usyriyah dan atau menjual dan memberikan manfaat tanah kharajiyah sebatas bentuk aqad/perjanjian, yang dibolehkan oleh syara', serta dapat diwariskan seperti halnya kekayaan lainnya.

Artikel 130

Tanah mawaat/terlantar dapat dimiliki dengan jalan membuka tanahnya dan memberikan batas/pagar. Selain tanah mawaat, tidak dapat dimiliki kecuali dengan sebab-sebab pemilikan yang dibolehkan oleh syara', seperti waris, pembelian dan pemberian dari negara.

Artikel 131

Di larang menyewakan lahan pertanian secara mutlak, baik tanah kharajiyah mahupun tanah `usyriyah. Muzara'ah/sistem hasil tidak diperbolehkan namun menyewa orang untuk menjaga dan menyiram kebun/musaqat dibolehkan secara mutlak.

Artikel 132

Setiap orang yang memiliki lahan pertanian, diharuskan untuk mengelonya. Bagi para petani yang tidak memiliki modal diberikan dari Baitul maal apa yang diperlukan untuk pengelolaannya. Setiap orang yang menterlantarkan tanahnya selama tiga tahun berturu-turut (tanpa mengelolakannya) maka lahan pertaniannya akan diambil dan diserahkan kepada yang lain.

Artikel 133

Pemilikan umum berlaku pada tiga hal:

a) Setiap sesuatu yang dibutuhkan masyarakat umum seperti lapangan.

b) Sumber alam dan barang tambang yang jumlahnya tidak terbatas, seperti sumber minyak.

c) Benda-benda yang sifatnya tidak dibenarkan untuk dimonopoli seseorang seperti sungai.

Artikel 134

Dilihat dari segi bangunannya, industri adalah sesuatu yang termasuk pemilikan individu, tetapi hukumnya tergantung pada bahan baku yang diproduksinya. Jika bahan baka tersebut termasuk hak milik individu maka industri tersebut menjadi milik individu, seperti fabrik tenun/pemintalan. Sebaliknya pabila bahan yang digunakan termasuk hak pemilikan umum, maka industri tersebut menjadi milik umum, seperti fabrik/pertambangan besi.

Artikel 135

Negara tidak boleh mengalihkan hak individu mejadi hak milikan umum. Pemilikan umum bersifat tetap berdasarkan jenis dan karakteristik kekayaan, bukan berdasarkan pendapat negara.

Artikel 136

Setiap individu berhak menggunakan/memanfaatkan sesuatu yang termasuk dalam pemilikan umum. Negara tidak dibenarkan mengizinkan orang-orang tertentu saja dari kalangan rakyat untuk memiliki/mengelola hak milik umum.

Artikel 137

Negara dibenarkan untuk mengambil alih sebahagian tanah-tanah mawaat dan sesuatu yang termasuk dalam pemilikan umum, untuk suatu kemaslahatan apapun yang dianggap oleh negara sebagai kemaslahatan rakyat.

Artikel 138

Di larang menimbun harta kekayaan, sekalipun zakatnya dikeluarkan.

Artikel 139

Zakat hanya diambil dari kaum muslimin dan dipungut sesuai dengan jenis kekayaan yang sudah ditentukan oleh syara', baik berupa mata wang, barang dagangan, ternakan mahupun bijirin. Tidak boleh dipungut selain dari apa yang sudah ditentukan oleh syara'. Zakat dipungut dari para pemiliknya, baik seorang mukallaf yang aqil-baligh ataupun bukan mukallaf, seperti anak kecil dan orang gila. Akat disimpan/dipisahkan dalam bahagian khusus di Batul maal dan tidak dibahagikan kecuali untuk satu atau lebih di antara lapan ashnaf/golongan yang tertera dalam Al-Qur'an.

Artikel 140

Jizyah dipungut dari orang-orang zimmi saja dan diambil dari kalangan lelaki yang sudah baligh jika mereka mampu. Jizyah tidak dikenakan terhadap kaum wanita dan anak-anak kecil.

Artikel 141

Kharaj dipungut atas tanah kharajiyah sesuai dengan daya tambangnya/perkiraan hasil, sedangkan tanah `usyriyah zakatnya dipungut berdasarkan hasil bersih.

Artikel 142

Pajak dipungut dari kaum muslimin, sesuai dengan ketentuan syara' untuk menutupi pengeluaran baitul maal, dengan pungutannya berasal dari kelebihan keperluan utama, yang harus dicukupi oleh pemilikan harta dengan cara yang lazim. Hendaknya diperhatikan bahawa jumlah pajak memenuhi keperluan negara. Pajak sama sekali tidak dipungut dari kalangan non-muslin, tidak ada pungutan terhadap harta mereka kecuali jizyah.

Artikel 143

Setiap aktiviti sosial kemasyarakatan yang diwajibkan syara' terhadap ummat, sedangkan di dalam Baitul Mal tidak ada harta yang cukup untuk memenuhinya, maka kweajipan tersebut beralih kepada ummat, dan negara berhak mengumpulkan harta dari umat dengan mewajibkan pajak. Apa yang tidak diwajibkan syara' terhadap ummat maka negara tidak dibenarkan mewajibkan pajak dalam bentuk apapun, seperti memungut biaya untuk proses peradilan, departemen-departemen atau untuk memenuhi keperluan rakyat apapun.

Artikel 144

Anggaran belanja negara memiliki data yang baku atas bahagian yang telah ditentukan hukum syara'. Perincian data anggaran, pengadaan (dana) untuk masing-masing bahagian serta bidang-bidang yang memperoleh dana, semuanya ditentukan oleh pendapat/ijtihad dan kebijaksanaan Khalifah.

Artikel 145

Sumber tetap pemasukan Baitul Mal adalah bentuk fai', jizyah, kharaj, seperlima harta rikaz/temuan dan zakat. Seluruh kekayaan ini dipungut secara tetap, baik pada saat diperlukan ataupun tidak.

Artikel 146

Apabila sumber tetap pemasukan Baitul maal tidak mencukupi anggaran negara, maka negara dibolehkan untuk memungut pajak dengan ketentuan sebagai berikut:

A) Untuk memenuhi biaya yang menjadi kewajipan Baitul Mal kepada para fakir, miskin, ibnu sabil dan pelaksanaan kewajipan jihad.

B) Untuk mencukupi biayah yang menjadi kewajipan Baitul Mal sebagai ganti jasa dan pelayanan pada negara, seperti gaji para pegawai bagi para pasukan dan sentunan para penguasa.

C) Untuk biaya-biaya yang menjadi kewajipan Baitul Mal dengan pertimbangan kemaslahatan dan pembangunan sarana masyarakat mahupun pemerintahan tanpa mendapatkan ganti biaya, seperti pembangunan jalan raya, penyediaan bekalan air minum, pembangunan masjid, sekolah dan rumah sakit.

D) Untuk keperluan biaya-biaya yang menjadi tanggungjawab Baitul maal dalam keadaan darurat, seperti bencana mendadak yang menimpa rakyat misalnya kelaparan, angin taufan, gempa bumi dan sebagainya.

Artikel 147

Sumber pendapatan yang disimpan pada Baitul Mal mencakupi harta yang dipungut dari pejabat cukai di sepanjang perbatasan negara, harta yang dihasilkan dari pemilikan umum umum atau pemilikan negara dan dari harta warisan bagi orang yang tidak memiliki ahli waris.

Artikel 148

Pengeluaran Baitul Mal disalurkan pada enam bahagian:

1.Lapan ashnaf/golongan yang berhak menerima santunan zakat. Apabila dari kas zakat tidak ada dana, maka mereka tidak mendapatkan sesuatu.

2.Jika dari kas zakat tidak ada dana untuk para fakir, miskin, ibnu sabil, keperluan jihad dan ghraimin/orang yang dililit hutang, maka kepada mereka dapat diberikan dari sumber pemasukkan Baitul maal lainnya. Dan jika tidak ada dana maka para gharimin tidak mendapatkan sesuatu apapun. Untuk kepentingan keperluan orang-orang fakir, miskin, ibnu sabil dan keperluan jihad dipungut pajak, dan negara harus menjamin wang untuk memenuhi keperluan tersebut apabila situasi dikuwatir menimbulkan bencana/malapetaka.

3.Orang-orang yang menjalankan pelayanan bagi negara seperti para pegawai, penguasa dan tentera, bagi mereka diberikan harta dari Baitul Mal. Apabila dana Baitul Mal tidak mencukupi maka segera dipungut pajak untuk memenuhi biaya tersebut, negara harus meminjam wang untuk keperluan tersebut apabila situasi dikhawtiri menimbulakn bencana/malapetaka.

4.Untuk pembangunan sarana pelayanan masyarakat yang vital seperti jalan raya, masjid, hospital dan sekolah mendapatkan biaya dari Baitul Mal. Apabila maal tidak mencukupi segera dipungut pajak untuk memenuhi keperluan tersebut.

5.Pembangunan sarana pelayanan pelengkap mendapatkan biaya dari Baitul Mal. Apabila dana Baitul Mal tidak mencukupi maka pendanaaannya ditunda.

6.Bencana alam mendadak seperti gemap bumi dan angin taufan biayanya ditangggung Baitul maqal. Bila tidak tersedia dana, negara mengusahakan pijnaman secepatnya, yang kemudian dibayar dari hasil pengutuan pajak.

Artikel 149

Negara menjamin tersedianya lapangan pekerjaan setiap warga negara.

Artikel 150

Pegawai yang berkerja pada seseorang atau perusahaan, kedudukannya sama seperti pegawai pemerintah dari hak dan kewajipannya. Setiap orang yang bekerja dengan upah adalah karyawan/pegawai, sekalipun berbeza jenis pekerjaannya atau pihak yang bekerja. Apabila terjadi perselisihan antara karyawan dan majikan mengenai upah maka ditetapkan upah yang sesuai dengan standar kebiasaan masyarakat. Apabila perselisiahannya bukan menyangkut upah, maka aqad ijarah/kontrak kerja disesuaikan dengan hukum-hukum syar'i.

Artikel 151

Jumlah upah dapat ditentukan sesuai dengan manfaat/hasil perkerjaan mahupun jasa, bukan brdasarkan pengalam karyawan ataupun ijazah. Tidak ada kenaikan gaji bagi para karyawan, namun mereka diberikan upah yang menjadi haknya secara utuh, baik berdasarkan hasil perkerjaannya atau menurut manfaat jasanya sebagai buruh.

Artikel 152

Negara menjamin nafaqah/biaya hidup bagi orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan atau jika tidak orang yang wajib menaggung nafaqahnya. Dan negara berkewajipan menampung orang lanjut usia dan orang-orang cacat.

Artikel 153

Negara senantiasa berusaha untuk mensirkulasikan harta di antara rakyat dan mencegah adanya monopoli harta pada kelompok tertentu.

Artikel 154

Negara berupaya memberikan kesempatan bagi setiap warganya untuk memenuhi keperluan pelengkap serta mewujudkan keseimbangan sekonomi dalam masyarakat dengan cara sebagai berikut :

a) Dengan memberikan harta bergerak ataupun tidak bergerak yang dimiliki negara dan tercatat di Baitul maal, begitu pula dari harta fa'i dan lain-lain.

b) Dengan membahagi lahan produktif kepada orang yang tidak memiliki lahan yang cukup. Bagi orang yang memiliki lahan pertanian tetapi tidak digarap oleh mereka, maka ia tidak mendapatkan jatah sedikitpun. Dan negara memberikan subsidi bagi mereka yang tidak mampu mengolah tanah pertaniannya agar dapat bertani/mengolahnya.

c) Menyelesaikan hutang orang-orang yang tidak mampu membayarnya, dan diperolehi dari sumber zakat atau fa'i dan sebagainya.

Artikel 155

Negara mengatur urusan pertanian berikut produksinya, sesuai dengan keperluan strategik untuk mancapai tingkat produksi semaksimum mungkin.

Artikel 156

Negara mengatur semua sektor perindustrian dan menangani langsung jenis industri yang termasuk ke dalam pemilikan umum.

Artikel 157

Perdagangan luar negeri berlaku menurut kewarganegaraan pedagang, bukan berdasarkan tempat asal mata dagangan. Para pedagang yang berasal dari negara yang sedang berperang di larang mengadakan aktiviti perdagangan di negeri kita, kecuali dengan izin khusus untuk pedagangnya ataupun dagangannya. Para pedagang yang berasal dari negara yang terikat perjanjian diperlakukan sesuai dengan tekas perjanjian antara kita dengan mereka. Dan para pedagang dari kalangan rakyat tidak diperbolehkan negara, termasuk bahan-bahan strategik. Mereka tidak dilarang menukar harta dan barang yang sudah mereka miliki.

Artikel 158

Setiap rakyat berhak mendirikan laboratorium penelitian ilmiayah yang menyangkut semua aspek kehidupan. Negara berkewajipan membangun laboratorium semacam ini.

Artikel 159

Setiap individu dilarang memiliki makmal yang memproduksi bahan yang membahayakan umat dan negara.

Artikel 160

Negara menyediakan seluruh pelayanan kesihatan bagi seluruh rakyat secara percuma. Negara tidak melarang rakyat untuk mengaji/memberi upah kepada para doktor, termasuk juga menjual ubat-ubatan.

Artikel 161

Pengelolahan dan penanaman modal asing di seluruh negara tidak dibolehkan termasuk larangan memberikan monopoli kepada pihak asing.

Artikel 162

Negara mencetak mata wang khusus yang bebas dan tidak boleh terikat dengan mata wang asing manapun.

Artikel 163

Mata wang negara terdiri dari emas dan perak, baik cetakan mahupun syiling. Negara tidak dibolehkan memiliki mata wang selain itu. Negara dibolehkan mencetak mata wang dalam bentuk lain, sebagai pengganti emas dan perak dengan ketentuan terdapat dalam kes negara cadang emas dan perak yang senilai. Negara dapat mengeluarkan mata wang dari tembaga, perunggu ataupun wang kertas dan sebagainya yang dicetak atas nama negara sebagai mata wang negara yang memiliki nilai yang sama dengan emas dan perak.

Artikel 164

Di larang keras mendirikan/membuka bank, kecuali bank negara yang tidak menggunakan riba dan termasuk salah satu instansi dari Baitul Mal. Aktiviti bank tersebut memberikan pinjaman sesuai dengan ketentuan hukum syara' serta memudahkan urusan kewangan dan penukaran mata wang.

Artikel 165

Penukaran antara mata wang negara dengan wang asing dibolehkan seperti halnya penukaran antara berbagai jenis mata wang negara. Dibolehkan adanya selisih nilai tukar dari dua jenis mata wang yang berbeza dengan syarat harus kontan/tunai dan tidak boleh ditangguhkan. Dibolehkan pula adanya perubahan nilai tukaran tanpa ada batasan tertentu jika dua jenis mata wang itu berbeza. Setiap individu rakyat bebas membeli mata wang yang diinginkan, baik di dalam ataupun di luar negeri tanpa diperlukan izin.

SISTEM PENDIDIKAN

Artikel 166

Kurikulum pendidikan berlandaskann aqidah Islamiyah. Mata pelajaran serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan dalam pendidikan sedikitpun dari asas tersebut.

Artikel 167

Strateik pendidikan adalah membentuk pola fikir dan pola jiwa Islami. Seluruh mata pelajaran disusun berdasarkan strategi ini.

Artikel 168

Tujuan pendidikan adalah membentuk keperibadian Islam serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubung dengan kehidupan. Method penyampaian pelajaran dirancang untuk tercapainya tujuan tersebut. Setiap methodologi yang tidak berorientasi pada tujuan tersebut dilarang.

Artikel 169

Waktu pelajaran untuk ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab yang diberikan setiap minggu harus disesuaikan dengan waktu pelajaran untuk ilmu-ilmu lain, baik dari segi jumlah mahupun waktu.

Artikel 170

Penyampaian pelajaran ilmu-ilmu terapan dan yang sejenisnya seperti matematik harus dipisahkan dengan ilmu-ilmu kebudayaan. Ilmu-ilmu terapan diajarkan menurut keperluan dan tidak terikat dengan pendidikan tertentu. Ilmu-ilmu kebudayaan diberikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat aliyah sesuai dengan rencana pendidikan yang tidak bertentangan dengan konsep dan hukum Islam. Di tingkat perguruan tinggi, ilmu kebudayaan boleh diajarkan secara jelas seperti halnya ilmu pengetahuan yang lainnya, dengan syarat tidak akan mengakibatkan adanya penyimpangan dari strategi dan tujuan pendidikan.

Artikel 171

Kebudayaan Islam harus diajarkan di semua tingkat pendidikan. Untuk tingkat perguruan tinggi hendaknya diadakan/dibuka berbagai jurusan dalam berbagai cabang ilmu Keislaman, di samping diadakan jurusan-jurusan lainnya seperti ilmu kedoktoran, teknikal, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya.

Artikel 172

Ilmu kesenian dan keterampilan dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan seperti perdagangan, pelayaran dan pertanian yang boleh dipelajarai tanpa terikat batasan atau syarat tertentu; dan dapat juga digolongkan sebagai suatu kebudayaan apabila telah dipengaruhi oleh pandangan hidup tertentu seperti seni lukis dan pahat yang tidak boleh dipelajari apabila bertentangan dengan pandangan Islam.

Artikel 173

Program pendidikan hendaknya seragam. Program pendidikan tidak dibolehkan selain program pendidikan yang telah ditetapkan oleh negara. Tidak ada larangan untuk mendirikan sekolah-sekolah swasta selama mengikuti program pendidikan negara dan berdasarkan kurikulum pendidikan yang berlaku serta mengikut strategi dan tujuan pendidikan dengan syarat bukan sekolah asing.

Artikel 174

Mengajarkan hal-hal yang diperlukan manusia dalam kehidupannya merupakan kewajipan bagi setiap individu, baik lelaki mahupun wanita. Program wajib belajar berlaku atas seluruh rakyat pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Negara wajib menjamin pendidikan bagi seluruh warga dengan percuma, serta mereka diberi kesempatan melanjutkan ke pendidikan tinggi secara percuma dengan sebaik mungkin.

Artikel 175

Negara menyediakan perpustakaan, makmal dan pusat ilmu pengetahuan lainnya, di samping sekolah, universiti untuk memeberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang pengetahuan seperti fiqh, usul fiqh hadits dan tafsir, termasuk di bidang teologi dan teknologi, kedoktoran, teknikal dan kimia, penemuan-penemuan baru/discovery dan invention sehingga lahir di tengah-tengah ummat sekelompok besar mujtahid dan para saintis.

Artikel 176

Tidak dibolehkan memberi hak kesitimewaan/previlege dalam mengarang buku-buku pendidikan untuk semua tingkatan. Tidak dibolehkan seseorang baik itu pengarang mahupun bukan memiliki hak cetak dan terbit, apabila sebuah buku telah dicetak dan diterbitkan. Jika masih berbentuk pemikiran yang dimiliki seseorang dan belum dicetak ataupun beredar, maka seorang boleh mengambil/mendapatkan imbalan kerana memberikan jasa pada masyarakat seperti halnya gaji dalam mengajar.

POLITIK LUAR NEGERI

Artikel 177

Fokus utama politik adalah mengatur urusan ummat di dalam mahupun di luar negeri, dan dilakukan oleh negara bersama umat. Negara melaksanakan politik secara langsung, sementara umat meminta tanggungjawab negara dalam pelaksanaan politik.

Artikel 178

Setiap individu, parti/kelompok gerakan mahupun organisasi tidak dibenarkan secara mutlak menjalin hubungan dengan negara asing manapun. Hubungan dengan negara asing hanya dilaksanakan oleh negara, yang memiliki hak mengatur urusan ummat secara oprasional. Umat dan kelompok-kelompok gerakan berkewajipan mengoreksi/meminta pertangungjawaban negara terhadap pelaksanaan hubungan luar negeri.

Artikel 179

Tujuan tidak menghalalkan segala cara, kerana method pelaksanaan termasuk dalam kerangka pemikiran. Jalan yang haram tidak menghantarkan kepaada yang wajib, bahkan kepada yang mubah sekalipun, dan sarana-sarana politik tidak boleh bertentangan dengan method politik.

Artikel 180

Mengadakan gerakan politik sangat penting dalam politik luar negeri dan kekuatannya terletak pada menampakkan kegiatan dan merahsiakan tujuan.

Artikel 181

Keberanian dalam mengungkapkan perlanggaran berbagai negara, menjelaskan bahaya politiknya yang penuh kepalsuan, membongkar persekongkolan jahat dan menjatuhkan martabat para pemimpin yang sesat adalah cara yang paling penting dalam menjalankan politik.

Artikel 182

Menampilkan keagungan pemikiran Islam dalam mengatur urusan individual, bangsa dan negara di dunia merupakan method politik paling penting.

Artikel 183

Masalah besar politik ummat adalah Islam yang ditonjolkan dalam bentuk negara yang kuat, penerapan hukum-hukumnya dengan harmonis serta upaya terus menerus untuk mengembang dakwahnya keseluruh dunia.

Artikel 184

Mengembang dakwah Islamiyah merupakan rangkaian yang tak terpisah dengan politik luar negeri, dan atau dasar inilah dibangun hubungan negara dengan negara-negara lain.

Artikel 185

Hubungan negara-negara lain yang ada di dunia dijalankan berdasarkan empat kategori :

Pertama : Negara-negara yang ada di dunia Islam seolah-olah dianggap berada dalam sati wilayah negara, sehingga tidak dikategorikan dalam hubungan luar negeri dan tidak dimasukkan dalam politk luar negeri. Negara berkewajipan menggabungkan negara-negara tersebut ke dalam wilayahnya.

Kedua : Negara-negara yang terikat perjanjian di bidang ekonomi, perdagangan, bertetangga baik atau perjanjian kebudayaan dengan negara Khilafah, maka negara-negara tersebut diperlakukan sesuai dengan isi teks perjanjian. Masing-masing warganegara dibolehkan memasuki negeri-negeri Islan dngan membawa kartu tanpa memerlukan pasport jika hal ini dinyatakan dalam perjanjian dengan syarat terdapat perlakuan yang sama. Hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara tersebut terbatas pada barang dan kondisi tertentu yang amat dibutuhkan, serta tidak menyebabkan kuatnya negara yang bersangkutan.

Ketiga : Negara-negara yang tidak terikat perjanjian dengan Khilafah, termasuk negara-negara seperti Ingggeris, Amerika dan Perancis, begitu pula negara-negara yang memiliki ambisi pada negeri-negeri Ilsam, seperti Rusia, maka secara hukum (de jure) dianggap negara yang bermusuhan/memerangi. Negara menempuh berbagai tindakan kewaspadaan terhadap mereka dan tidak boleh membina hubungan diplomatik apapun. Penduduk negara-negara tersebut dibolehkan memasuki negeri-negeri Islam tetapi menggunakan pasport dan visa khusus bagi setiap individu untuk setiap kali perjalanan.

Keempat : Negara-negara yang dalam kenyataannya (de facto) berkonfrantasi, seperti Israel, maka terhadap negara tersebut harus diberlakukan sikap dalam keadaan darurat perang sebagai dasar setiap perlakuan dan tindakan, seolah-olah Khilafah dan negara yang bersangkutan benar-benar dalam situasi perang, baik terdapat gencatan senjata ataupun tidak. Dan seluruh penduduknya di larang memasuki wailayah Islam.

Artikel 186

Di larang keras mengadakan perjanjian ketenteraan dan yang sejenisnya atau yang terikat secara langsung dengan perjanjian tersebut, seperti perjanjian politik dan persetujuan penyewaan pangkalan serta lapangan terbang. Dibolehkan mengadakan perjanjian bersahabat baik, perjanjian dalam bidang ekonomi, perdagangan, kewangan, kebudayaan dan perjanjian damai.

Artikel 187

Organisasi yang tidak berasakan Islam, atau menerapkan hukum-hukum selain Islam, maka negara tidak dibolehkan ikut serta di dalamnya. Misalnya oraganisasi Internasional seperti mahkamah Internasional, IMF dan Bank Dunia, atau misalnya oraganisasi seperti Liga Arab.

Sumber- Nizamul Islam ( Peraturan Hidup Dalam Islam ), Syeikh Taqiyuddin An Nabahani.- http://www.hizb-ut-tahrir.info/english/constitution.htm

AURAT

AURAT
Awrat (aurat) adalah masdar dari 'ara-ya'uru-'awran wa 'awratan; jamaknya 'awrat.
Aurat mempunyai beberapa makna: aib, cacat, atau cela; celah-celah suatu tempat; semua hal yang dirasa malu. Ar-Razi mengatakan, aurat adalah segala perkara yang dirasa malu jika nampak.1
Al-Quran menyatakan kata aurat ('awrah) dua kali dalam satu ayat (TMQ al-Ahzab [33]: 13): Inna buyutana 'awrah wa ma hiya bi 'awrah. Maknanya sesuai dengan makna bahasanya, iaitu tempat atau celah yang terbuka atau tak terlindung dan dikhawatirkan. Kata 'awrat (jamak dari 'awrah) juga dinyatakan dua kali dalam al-Quran (TMQ an-Nur [24]: 31 dan 58).
Pada ayat 58, kata tsalatsu 'awrat maknanya adalah tiga waktu yang layak nampak aurat di dalamnya2 atau tiga waktu yang biasanya wanita melepaskan pakaiannya atau mengganti pakaian biasa dengan pakaian tidur atau sebaliknya, iaitu: waktu sebelum shalat fajar/subuh; waktu zuhur/waktu orang menanggalkan pakaiannya; dan setelah shalat isya. Tiga waktu ini disebut 'awrah. Pada tiga waktu tersebut, anak-anak yang belum baligh dan pembantu atau hamba sahaya-apalagi selain mereka, kecuali suami atau isteri mesti mengucapkan salam tiga kali dan meminta izin untuk masuk.
AURAT LELAKI
Para ulama berbeza pendapat tentang aurat lelaki. Menurut sebahagian mereka, aurat lelaki hanya dubur dan kemaluan; paha tidak termasuk aurat. Menurut majoriti, aurat lelaki adalah antara pusat dan kedua lutut, sementara pusat dan lutut tidak termasuk aurat. Siwar bin Dawud menuturkan riwayat dari Amru bin Syuaib, dari bapaknya, dari datuknya bahawa Rasulullah saw. pernah bersabda: Jika salah seorang dari kamu menikahkan hamba sahaya atau pegawainya, janganlah ia melihat sesuatupun dari auratnya, kerana sesungguhnya apa yang ada di bawah pusat sampai kedua lututnya merupakan auratnya. (HR Ahmad).
Hadis yang sama juga diriwayatkan dengan sedikit perbezaan oleh al-Baihaqi dan ad-Daruquthni.Terdapat beberapa riwayat yang menyatakan bahawa paha adalah aurat. Namun, ulama hadis berbeza pendapat. Sebahagian menilai sahih atau hasan; sebahagian lain menilainya lemah.Muhammad bin Jahsyi menuturkan: Aku pernah bersama Rasul melalui Ma'mar, sedangkan kedua pahanya terbuka, lalu Rasul bersabda: Wahai Ma'mar, tutupi kedua pahamu, sesungguhnya kedua paha itu aurat. (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Baihaqi).
Jarhad al-Aslami menuturkan, ia sedang di masjid, lalu Nabi saw. datang dan memandangnya, sementara pahanya terbuka, lalu Nabi bersabda:Sesungguhnya paha termasuk aurat. (HR. al-Hakim dan ia mensahihkannya).Ibn Abbas juga menuturkan hadis dengan lafaz yang sama, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Baihaqi.Mereka yang menilai paha bukan aurat mendasarkannya pada riwayat Anas, bahawa pada Perang Khaibar:Izar terbuka dari kedua paha Nabi saw. dan sungguh aku dapat melihat putihnya kedua paha Nabi Allah. (HR Ahmad dan Bukhari).
Aisyah juga menuturkan: Rasul sedang duduk dan tersingkap pahanya. Lalu Abu Bakar meminta izin dan Beliau tetap dalam keadaan itu. Kemudian Umar meminta izin dan Beliau juga tetap dalam keadaan itu, kemudian Ustman meminta izin, lalu Rasul mengulurkan pakaiannya, ketika mereka berdiri. Aku (Aisyah) bertanya, "Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar meminta izin dan engkau izinkan, sedangkan engkau dalam keadaanmu itu. Ketika Utsman meminta izin engkau hulurkan pakaianmu." Rasul menjawab, "Wahai Aisyah, apakah aku tidak merasa malu dari seorang laki-laki yang, demi Allah, malaikat pun merasa malu kepadanya?" (HR Ahmad).
Kaedah ushul menyatakan: I'mal dalilain awla min ihmal ahadihima (Mengamalkan dua dalil lebih utama dari pada mengabaikan salah satunya). Lalu bagaimana menghimpunkan kedua kelompok hadis yang terlihat bertentangan di atas?Dalam riwayat Muslim di atas, terdapat kemungkinan antara paha atau betis, sedangkan betis secara ijmak bukan termasuk aurat lelaki. Dengan adanya kemungkinan itu, berhujjah dengan hadis tersebut untuk menyatakan paha bukan aurat gugur.Menurut ketentuan ushul, perkataan dan perintah lebih kuat dibandingkan dengan perbuatan (dalam menunjukkan konotasi atau tuntutan).
Hadis-hadis yang menunjukkan aurat laki-laki antara pusat dan lutut-termasuk paha-merupakan perkataan dan perintah Rasul saw. Adapun hadis mengenai terbukanya paha Rasul mendeskripsikan perbuatan Beliau. Perbuatan Beliau sendiri tidak boleh menggugurkan perkataan dan perintah Beliau. Menurut asy-Syaukani, tidak terdapat dalil secara khusus tentang meneladani Beliau semisal perbuatan itu. Juga tidak terdapat riwayat bahawa Anas, Abu Bakar dan Umar meneladaninya dengan berbuat seperti Beliau. Dengan demikian, yang wajib adalah berpegang pada perkataan dan perintah Beliau.Menurut ketentuan ushul, jika terdapat pertentangan antara perkataan dan perintah Rasul dengan perbuatan Beliau maka perbuatan Beliau itu mesti dibawa sebagai kekhususan bagi Beliau, sedangkan perkataan dan perintah Beliau berlaku untuk kaum Muslimin secara umum.3
Jadi, paha bukan aurat hanya khusus bagi Beliau, sedangkan bagi kaum Muslim paha adalah aurat.Dengan demikian, semua hadis di atas boleh digunakan sebagai dalil tanpa mengabaikan satu hadis pun yang sah dijadikan dalil.Walhasil, aurat lelaki adalah anggota tubuh antara pusat sampai ke lutut, dimana pusat dan lutut tidak termasuk aurat.
AURAT WANITA
Rasul saw. pernah bersabda:Wanita adalah aurat. (HR Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah).
Allah Swt. berfirman:Katakanlah kepada para wanita Mukmin, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak padanya." (TMQ an-Nur [24]: 31).
Hadis di atas menyatakan bahawa seluruh tubuh wanita adalah aurat. Ayat di atas menyatakan seluruh tubuh wanita adalah aurat, kecuali yang biasa nampak. Maksud ayat tersebut adalah janganlah para wanita menampakkan tempat-tempat perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak, iaitu wajah dan kedua telapak tangan. Dengan demikian, wanita mesti menutup seluruh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Ia mesti mengenakan khimar (kerudung) yang menutupi seluruh kepala, rambut, leher, dan bahu; dihulurkan menutupi belahan baju di dada (TMQ an-Nur [24]: 31).
Ia juga harus menutup seluruh badannya sampai kedua telapak kaki. Ummu Salamah menuturkan, Rasul saw. pernah bersabda (yang bermaksud): "Siapa saja yang memanjangkan pakaiannya kerana sombong, Allah tidak akan memandangnya pada Hari Kiamat." Ummu Salamah bertanya, "Lalu bagaimana wanita memperlakukan hujung pakaiannya?" Nabi saw. menjawab, "Hulurkan sejengkal." Ummu Salamah berkata, "Jika demikian, kaki mereka kelihatan." Nabi saw. menjawab, "Hendaknya mereka menghulurkannya sehasta dan jangan ditambah lagi." (HR al-Bukhari).
Ummu Salamah memahami bahawa wanita mesti menutup seluruh tubuhnya hingga kedua telapak kaki dan Rasul membenarkannya. Hal itu juga dinyatakan dalam hadis-hadis mengenai kewajipan menutup aurat bagi wanita dalam shalat.Riwayat yang sahih menyatakan bahawa Ibnu Abbas, Ibn Umar, dan Aisyah, menafsirkan kalimat illa ma zhahara minha/kecuali yang biasa nampak darinya (QS an-Nur [24]: 31) dengan wajah dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan. Di samping itu juga banyak riwayat sahih yang menunjukkan bahawa keduanya, yakni wajah dan kedua telapak tangan memang biasa nampak dari wanita pada masa Rasul, yakni saat turunnya ayat tersebut. Begitu juga ketika para wanita itu bertemu dan berbicara dengan Rasul. Rasul pun mendiamkan fakta seperti itu.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.
Catatan Kaki:
1. Ar-Razi, Mukhtar ash-Shihah, I/193, Maktabah Lubnan Nasyirun, Beirut, cet. baru. 1995
2. Lihat, Ibn Manzhur, Lisan al-'Arab.
3. Lihat, Asy-Syaukani, Nayl al-Awthar, II/48-51, Dar al-Jil, Beirut. 1073; Mahmud bin Abdul Lathif 'Uwaidhah, al-Jami' li Ahkam ash-Shalah, bagian Satr al-'Awrah, Dar al-Wadhah-Muassasah ar-Risalah, Aman Yordania. Cet. III. 2003.
 

MENGENAL HIZBUT TAHRIR