ISLAM AGAMA SYUMUL

FIRMAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA; "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan, kerana sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian." [TMQ AL-BAQARAH(2):208]

MASA ITU EMAS


DARI MASJIDIL AQSA MENUJU KHILAFAH



DARI MASJID AL-AQSA
MENUJU KHILAFAH:
SEJARAH PERJALANAN HIZBUT TAHRIR

Bisyarah Rasulullah saw.:
Dari Nu'man bin Basyir berkata, Rasulullah saw. bersabda:
«تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَاشَاءَ الله أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنَ مُلْكًا عَاضًّا فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَرِيَّةً فَتَكُوْنُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ» ثُمَّ سَكَتَ» [رواه أحمد]
"Di tengah kalian terdapat kenabian, dengan izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian ada Khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian, dengan izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian setelah ada penguasa zalim, dengan izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian ada penguasa diktator, dengan izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia mencabutnya, ketika Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian ada Khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian. Kemudian beliau diam. (H.r. Ahmad)
Pendahuluan
Pada hari-hari ini, tengah berlangsung peringatan Isra' Mikraj, dimana Rasulullah saw. telah diperjalankan dari masjid al-Haram ke masjid al-Aqsa, kiblat pertama dari dua kiblat, masjid kedua di antara dua masjid, dan tanah suci ketiga. Kini, al-Aqsa masih tetap menjadi tawanan, yang menanti untuk dibebaskan. Sungguh, al-Aqsa tidak akan pernah menjadi tawanan, seandainya kaum Muslim mempunyai satu negara yang menerapkan syariat Allah, menjaga kemuliaan dan kehormatan mereka.
Sultan 'Abdul Hamid II, khalifha 'Utsmaniyah kala itu, menolak mentah-mentah permintaan Dr. Theodore Hertzl, bapak Zionis, seraya menyatakan:
"Nasehatilah temanmu Hertzl agar tidak mengambil langkah-langkah baru dalam masalah ini. Sebab, saya tidak akan bisa mundur dari tanah suci (Palestina) ini, walau hanya sejengkal. Karena tanah ini bukanlah milikku. Tanah ini adalah milik bangsa dan rakyatku. Para pendahuluku telah berjuang demi mendapatkan tanah ini. Mereka telah menyiraminya dengan tetesan darah. Biarlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang mereka. Jika negeriku tercabik-cabik, maka sangat mungkin mendapatkan Palestina tanpa imbalan dan balasan apapun. Namun patut diingat, bahwa hendaknya pencabik-cabikan itu dimulai dari tubuh dan raga kami. Namun, tentu aku tidak menerima ragaku dicabik-cabik selama hayat  masih di kandung badan."
Tepat sekali, apa yang dinyatakan oleh Sultan Abdul Hamid. Maka, untuk mengambil Palestina, kaum Zionis itu menyusun rencana untuk menghancurkan Khilafah, dan setelah itu semuanya bisa dengan mudah mereka dapatkan, tanpa imbalan apapun. Itulah nasib Palestina, setelah Khilafah yang menaunginya tidak ada lagi.
Allah Berjanji Akan Mengembalikan Khilafah
Dalam al-Qur'an, surat an-Nur [24]: 55, Allah berjanji untuk mengembalikan khilafah (istikhlaf), melalui firman-Nya:
]وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ[
"Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik." (Q.s. an-Nur [24]: 55)
Benar. Itu adalah janji diberikannya kekuasaan (istikhlaf). Itulah janji ilahiyah yang agung, yang telah mendarah daging dalam kehidupan umat Islam yang agung, yang pernah diberi kekuasaan oleh Allah di muka bumi. Maka, umat ini pun telah memeluk akidah Islam, mengimani Allah sebagai tuhannya, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, serta Islam sebagai agamanya. Umat ini telah memerintah dengan apa yang diturunkan oleh Allah, dan mendirikan negara Khilafah Islam, yang telah berdiri sepanjang zaman, yang pertama adalah Abu Bakar as-Shiddiq dan terakhir Abdul Majid II, rahimahullah. Semuanya itu telah berlangsung sekian lama, kurang lebih 13 abad.
Kaum Muslim telah hidup sepanjang kurun yang lama di bawah naungan negara Khilafah, yang memberlakukan hukum-hukum syara' kepada mereka dalam seluruh aspek kehidupan, serta mengemban dakwah kepada seluruh umat manusia melalui jihad fi sabilillah, sehingga terjadilah berbagai pembebasan dan kemenangan. Orang-orang pun dengan berbondong-bondong masuk ke dalam agama ini. Akhirnya umat ini pun benar-benar telah memperoleh kemuliaan dan kekuasaan (istikhlaf). Semua kesempatan itu diperoleh karena mereka mempertahankan negara yang menjaga kehormatan hukum, menjalankan syariah Allah, mempertahankan wilayah kaum Muslim, mengemban Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Dengan begitu, ia berhak mendapatkan janji Allah, sekaligus membenarkan kabar gembira Rasulullah yang berdabda:
«وَسَتَكُوْنُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُوْنَ» [رواه مسلم]
"Akan ada para Khalifah, dan jumlah mereka banyak." (H.r. Muslim)
Memang benar, itu adalah janji Allah SWT. yang telah berhasil didirikan oleh Rasulullah saw. Setelah itu, diterima oleh para Khulafa' Rasyidin. Kaum Muslim setelahnya pun tetap konsisten mengikutinya, hingga negara itu runtuh. Namun, dengan izin Allah, ia pun akan kembali lagi, sebagaimana janji Allah, dan kabar gembira Rasulullah saw.
Hakikat Khilafah:
Al-Ustadz 'Utsman Abu Khalil, Juru bicara Hizbut Tahrir Sudan, menyatakan, bahwa dengan sistem Khilafah itulah semua urusan umat Islam ini berhasil disatukan, dan itulah yang akan mempersatukan umat, menaungi dan melindunginya. Masih menurutnya, saat ini kita menyaksikan, bagaimana umat Islam telah dihinakan dan dikerubuti oleh umat manusia dari berbagai sisi, karena tidak ada negara (Khilafah) yang melindunginya.
Sungguh tepat sekali ungkapan al-Imam al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani ketika menggambarkan Khilafah ini dengan gambaran yang sangat akurat, seraya mengatakan, "Khilafah adalah arus utama Islam, dan apa yang selalu dikelilingi... Dengannya, agama akan terjaga, dan Islam pun akan terlindungi. Hudud akan bisa ditegakkan. Berbagai kejahatan akan bisa dicegah. Dengannya perbatasan akan bisa dijaga. Wilayah yang dilindungi akan tetap terjaga, dan tidak akan dilanggar..   
Namun, "arus utama" ini nyaris ditinggalkan oleh kaum Muslim, seiring dengan terpisahnya mereka dengan negara Khilafah, yang telah runtuh pada tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M di tangan seorang Yahudi, Freemasonry, Mustafa Kamal Attaturk, antek Inggeris. Dengan menyingkirkan pemerintahan Islam, mengusir khalifah dan keluarga 'Utsmani untuk meninggalkan ibukota Istambul dengan arahan dan dukungan penjajah Inggeris-Kafir. Semuanya itu untuk melaksanakan apa yang ditetapkan oleh Menlu Inggeris kala itu, Lord Curzon, sebagai persyaratan busuk yang ditetapkan kepada bangsa Turki dalam Konferensi Lausanne, yang dipenuhi kebusukan. Setelah penandatanganan Perjanjian Lausanne pada tanggal 24 Juli 1923, tentara Inggeris meninggalkan Istambul dan Madzahiq.
Dengan bangga, Curzon menyatakan di depan Parlemen Iggeris ketika itu, "Turki telah dihancurkan, dan tidak akan pernah bisa bangkit kembali, karena kita telah menghancurkan kekuatan moralnya, yaitu Khilafah dan Islam."
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, penulis buku at-Taqarrub Ila-Llah, Thariqu at-Taufiq, menyatakan:
Saya ingat, pada tahun 1924 di kota al-Khalil (Palestina), ada salah seorang Yahudi berkata kepada tetangganya yang Muslim, "Umatmu kemarin benar-benar telah mati." Orang (Muslim) tersebut tidak paham apa makna kalimat ini, kecuali setelah beberapa hari kemudian, setelah dia tahu bahwa negara Khilafah telah dihancurkan. Sementara Yahudi yang busuk itu sudah memahami makna kehancuran Khilafah, bahwa ia bagaikan ibu (induk) yang mengumpulkan anak-anaknya. Khilafahlah yang menyatukan kaum Muslim dalam satu negara, satu kepemimpinan, satu tentara, dan satu tujuan.  
Begitulah, Khilafah benar-benar telah runtuh dengan mudahnya, dan benar-benar telah dihancurkan. Islam telah dihancurkan sebagai UUD negara, perundang-undangan umat dan sistem kehidupan, melalui tangan Inggeris dengan menggunakan antek dan orang upahannya, sang pengkhianat, Mustafa Kamal Attaturk. Tak ada lagi pemerintahan Islam, setelah runtuhnya Khilafah 'Utsmaniyah, kecuali hukum-hukum syara' telah diubah. Makna persatuan dan ikatan jamaah di antara sesama Muslim pun telah dihancurkan. Negeri-negeri Islam telah dikerat-kerat menjadi beberapa entitas, keratan dan negara-negara kecil yang tidak mampu menghadapi musuh tanpa bantuan dari negara Kafir. Akhirnya negeri-negeri itu telah berubah menjadi wilayah kekuasaan negara-negara besar, atau setidaknya menjadi pasien negara-negara besar, atas nama sejumlah negara.
Padahal, Rasulullah saw. telah bersabda:
«إِذَا بُوْيِعَ لخَِلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوْا الآخِرَ مِنْهُمَا»
"Jika telah dibai'at dua khalifah, maka bunuhlah yang terakhir di antara keduanya."
Beliau juga bersabda:
"Jika kalian didatangi oleh orang yang ingin mematahkan tongkat kalian, dan memecah belah jamaah kalain, maka penggallah lehernya, siapapun dia."
Allah Menyiapkan Lahirnya Hizbut Tahrir
Allah telah menyiapkan dari rahim umat ini sebuah partai yang telah didirikan oleh putra-puterinya, yang berjuang dan terus-menerus berjuang guna melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan negara Khilafah. Negara Khilafah yang akan menerapkan Islam dan menyatukan kaum Muslim. Berdirinya Hizbut Tahrir adalah memenuhi panggilan Allah SWT:
]وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ[
"Hendaknya ada di antara kalian satu umat yang menyeru pada kebaikan (Islam), mengajak pada kemakrufan dan mencegah dari kemunkaran, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.s. Ali 'Imran [03]: 110)
Bertujuan untuk membangkitkan umat Islam dari kemerosotan luar biasa yang telah menimpanya, membebaskan mereka dari pemikiran Kufur, sistem dan hukumnya, juga dari hegemoni dan cengkraman negara-negara Kafir.
Juga bertujuan untuk mengembalikan Khilafah kembali, sehingga pemerintahan berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah itu benar-benar kembali. Dari tangan al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, kelompok ini lahir. Kelompok yang kemudian diberi nama Hizbut Tahrir, yang berarti partai pembebasan.
Sosok Pendiri dan Amir Pertama Hizbut Tahrir
As-Syaikh Fathi Muhammad Salim, penulis buku al-Istidlal bi ad-Dzan fi al-'Aqidah, menuturkan sejarah singkat al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, rahimahu-Llah. Dalam penuturannya beliau menyatakan, bahwa an-Nabhani lahir dari gudang ilmu (bait al-'ilm). Kakeknya, as-Syaikh Husein an-Nabhani, adalah ulama' besar di era Khilafah 'Utsmaniyyah. Beliau, al-'Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani --rahimahu-Llah-- mendapatkan pendidikan agama Islam dalam sebuah keluarga yang Islami. Kemudian berpindah ke al-Azhar, dan belajar di sana. Beliau telah memperoleh 4 ijazah:
(1) Ijazah Tsanawiyah al-Azhar,
(2) Ijazah al-Ghuraba',
(3) Ijazah di Bidang Peradilan,
(4) Ijazah al-'Alamiyyah.
Ijazah al-'Alamiyyah ini saat ini setara dengan ijazah doktor. Beliau kemudian kembali ke Palestina, dan aktif dalam tugas di bidang pendidikan. Setelah itu, beralih ke tugas di bidang peradilan, dan aktif di Mahkamah Tinggi di sana.
Ini dari sisi suasana keislaman, baik dalam kontek belajar maupun mengajar. Beliau adalah orang yang mempunyai kepekaan dan kejeniusan yang luar biasa. Beliau bisa merasakan dan menggambarkan kebangkitan, akibat dari berbagai kemerosotan yang telah menimpa umat ini, dan berbagai musibah yang menderanya.
Setelah melalui kajian yang panjang, beliau terinspirasi dengan gagasannya yang pertama, yaitu tentang kebangkitan. Karena itu, Islam harus dikembalikan dalam kehidupan, dan Khilafah Islam yang dinyatakan oleh Rasul saw. sebagai kabar gembira yang akan kembali berdasarkan tuntunan kenabian juga harus ditegakkan. Beliau kemudian kembali ke Palestina, dan merasakan kemerosotan yang telah terjadi. Kemudian hijrah ke Beirut, dan setelah itu kembali lagi. Artinya, berbagai musibah tersebut telah menimpanya persis seperti yang beliau rasakan. Karena itu, beliau sangat terpengaruh dengan kemerosotan dan apa yang telah terjadi dalam Krisis Palestina. Dari situlah, memicu munculnya pertanyaan; apa tugas kaum Muslim yang ada di seluruh dunia? Beliau melihat, bahwa realitas tersebut hanya bisa diselesaikan dengan Islam.
Setelah itu, hasil kajian beliau yang dilakukan secara terus-menerus dan konstan, baik terhadap fakta ataupun berbagai gerakan yang tengah berjuang di tengah-tengah masyarakat, dengan menyarikan dan mendiskusikannya, semuanya itu telah menghasilkan buah. Intinya, bahwa harus ada perjuangan, tapi bukan hanya sekedar berjuang, melainkan perjuangan yang terukur.
Tentu, dan perjuangan itu untuk membangun pemikiran, dengan tujuan yang jelas, sebagaimana gagasan yang menginspirasi pikiran beliau sebelumnya, yaitu kebangkitan.
Hizbut Tahrir Lahir di Masjid al-Aqsa:
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menuturkan sejarah awal terbentuknya Hizbut Tahrir:
Saya ingat, bahwa pertama kali beliau menjelaskan masalah Khilafah, ketika berada di Masjid al-Aqsa yang penuh berkah, di salah satu sudut sebelah barat daya. Di sana terdapat ruangan yang memanjang. Beliau berbicara kepada banyak orang setelah shalat Jum'at, suatu pembicaan yang sangat menyentuh dan jelas. Di sekeliling beliau ketika itu berkumpul ratusan orang. Beliau menceritakan kepada mereka Sirah Nabawiyyah. Sesekali beliau menceritakan wafatnya Rasulullah saw, dan bagaimana kaum Muslim setelah beliau wafat, mereka menyibukkan diri di Saqifah Bani Sa'adah untuk mengangkat seorang khalifah bagi mereka, sementara mereka membiarkan pemakaman beliau sampai bia'at kepada Abu Bakar as-Shiddiq berhasil dilakukan.
Jadi, itu merupakan pembahasan, dan pembicaraan pertama tentang penegakan khalifah serta seruan untuk menegakkannya. Peristiwa itu terjadi tepat pada tahun 1950 M. Syaikh Taqiyuddin kemudian melanjutkan kontak beliau dengan orang yang menginginkan kebaikan, yaitu para pemuda dari al-Quds. Lalu beliau pun mengontak para pemuda yang lain lagi, yang menginginkan kebaikan, atau beliau tahu kalau mereka itu baik dari daerah al-Khalil dan Tulkarim. Ketika beliau mendengar ada seseorang yang menginginkan kebaikan, atau beliau merasa bahwa dia baik, pasti akan beliau kontak. Dengan cara seperti itu, beliau berhasil merekrut banyak orang.
Beliau mengajak mereka berdiskusi dengan mendalam. Misalnya, diskusi beliau dengan salah seorang dari keluarga 'Azzah, dan keluarga Hammad, sebuah diskusi yang mendalam. Melalui diskusi tersebut, beliau menulis pembahasan al-Qiyadah al-Fikriyyah fi al-Islam (kepemimpinan intelektual dalam Islam) yang telah dimasukkan dalam kitab Nidzam al-Islam. Diskusi beliau dengan seseorang, namanya Said Ramadhan tentang akhlak. Setelah itu, beliau menulis al-Akhlaq fi al-Islam (Akhlak di dalam Islam) dalam kitab Nidzam al-Islam.
Hizbut Tahrir di Yordania
Tokoh Hizbut Tahrir asal Yordania, as-Syaikh Fathi Muhammad Salim, menuturkan bahwa di Yordania, ada orang yang bertugas mengontrol gerakan politik, gerakan atau kelompok. Dia mengirim utusan kepada as-Syaikh Taqiyuddin, dengan membawa sejumlah uang, yaitu beberapa Dinar. Utusan tersebut kemudian mengatakan kepada Syaikh, "Ini merupakan kompensasi untuk Anda dari kelompok." Tak lama kemudian beliau menyatakan kepada utusan tersebut, dan ternyata di bawah sebuah traktor ada dua bekas roda, di sana ada buah tomat, seraya berkata, "Ini cukup bagiku, dan aku tidak butuh uang dari Inggeris."
Ini yang pertama. Beliau terus melangkah dengan dakwahnya, sehingga nyaris menghadapi kesulitan. Dengan kata lain, aktivitas beliau mulai meluas, dan tertanam di tengah masyarakat, dan mulai banyak pengikut. Sehingga personil tentara ketika itu ratusan orang telah bersama Hizb, dan setiap orang yang siap halqah jumlahnya ribuan. Setiap orang telah diatur menjadi sebuah sistem, dan meyakini Hizb. Pada saat itu, kelompok tersebut berpikir tentang sesuatu yang lain, yaitu usaha untuk mengenyahkan Syaikh Taqiyuddin.
'Abbas al-Haj Naji, salah seorang mantan personil tentara Yordania, menuturkan pengalamannya tentang as-Syaikh Taqiyuddin, ketika memberikan ceramah di Jami'ah al-Kulliyah al-'Ilmiyyah al-Islamiyyah. Beliau menyatakan, "Tahun 1952, beliau memberian ceramah di Jami'ah al-Kulliyah al-'Ilmiyyah al-Islamiyyah, dan saya waktu itu sedang shalat di belakang beliau. Ketika sosok ini berceramah di atas mimbar, satu-satunya masjid di 'Amman (Yordania), dimana para duta dan menteri semuanya shalat di masjid itu.  
Mukaddimah khutbah Syaikh Taqiyuddin, yang selalu saya ulang-ulang, ketika saya masih di kesatuan tentara, dan sampai sekarang masih ada di atas mimbar tersebut. Beliau membuka khutbah dengan mukaddimah,
"Segala puji hanya milik Allah, yang telah memberikan hidayah kepada kita dalam perkara ini. Dan kita tidak akan mendapatkan hidayah, kalau bukan karena kita telah diberi hidayah oleh Allah. Tak ada yang aku yakini, aku jadikan tempat berlari dan berserah diri, kecuali kepada Allah. Wahai hamba Allah, aku wasiatkan kepada Anda dan diriku untuk senantiasa bertakwa dan taat kepada Allah yang Maha Agung. Aku peringatkan Anda dan diriku, dari maksiat dan menyimpang dari perintah dan larangan-Nya, berdasarkan firman-Nya: 
"Siapa saja yang melakukan kebaikan, itu adalah untuk dirinya, dan siapa saja yang melakukan keburukan, sesungguhnya itu adalah untuk dirinya. Dan tuhanmu tidak akan pernah  berbuat zalim kepada para hamba-Nya."
Saya bersaksi, bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang mempunyai kerajaan, dan segala puji hanya untuk-Nya. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dia Dzat yang Maha Hidup, dan tak kan pernah mati. Kepada-Nya tempat kembali. Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya, rasul-Nya, orang yang paling loyal kepada-Nya, teman setia-Nya, makluk terbaik-Nya, Nabi-Nya, peyampai risalah-Nya, yang menunaikan amanah-Nya, yang menasehati umat, dan yang berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya hingga bukti (Islam) itu datang kepadanya.
Inilah mukaddimah Syaikh Taqiyuddin di Jami'ah al-Kulliyah al-Islamiyyah, dengan impresi yang luar biasa. Ketika itu berhasil menarik imam masjid tersebut, dan dia pun menyampaikannya di atas mimbar. Ketika itu, saya mendengarkannya, dan Allah memberikan taufik kepada saya. Alhamdulillah.
Periode Pembentukan Organisasi
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menyatakan bahwa pada periode tersebut, as-Sayikh Taqiyuddin menceritakan kepada syabab bagaimana caranya membangun kutlah (organisasi), yaitu organisasi yang berbentuk partai, dan bagaimana aktivitas organisasi tersebut. Jadi, itu sekaligus merupakan kitab yang pertama kali ditulis, yaitu kitab at-Takattul al-Hizbi, tepatnya tahun 1950 atau 1952.
Setelah itu, ditulislah kitab Nidzam al-Islam, dan dicetak sebanyak 100 eksemplar pada salah satu percetakan di salah satu kota al-Quds dengan biaya 45 Dinar. Sebagian disebarkan, dan mulailah aktivitas diskusi dan menarik perhatian publik untuk berlajar di masjid al-Aqsa dengan Hizb.
Maka, mulailah terjadi pertarungan intelektual pada periode tersebut. Pada awal tahun 1954, dibuatlah kitab an-Nidzam al-Iqtishadi, dan pada tahun 1955 dituliskan kitab Nidzam al-Hukmi fi al-Islam. Pada rentang waktu tersebut telah terjadi pertarungan intelektual secara mendalam dan juga interaksi (dengan umat), baik dengan pengikut Sosialis, Ba'ats, Nasionalis, maupun Gamal Abdul Naser. Pertarungan tersebut berlangsung dengan sengit di semua arena. Di masjid, sekolah, momen dan jalan-jalan. Anda akan melihat perdebatan di jalan-jalan, di semua tempat, tentang Nasionalisme, Naserisme, Sosialisme, dan Teori Dialektika.
Beliau menyatakan, "Kami memahamkan kepada para pengikut Sosialis tentang apa itu Teori Dialektika? Kami sampaikan, bagaimana hakikatnya dan bagaimana kritiknya. Sampai Partai Sosialis, pada tahun 1955, membuat peringatan resmi kepada seluruh anggota partainya, agar tidak berdebat dengan Hizbut Tahrir tentang akidah. Resmi, pada tahun 1955. Pada tahun 1956, Abdul Naser mulai marah. Dia kami sebut sebagai Hubalnya zaman itu."  Pada waktu itu, ada ungkapan yang menyatakan, "Dua orang, kalau sudah bicara, maka semuanya akan diam: Abdul Naser dan Ummi Kaltsum. Selesai, diam!" Ketika itu, satu-satunya yang menentang Abdul Naser dan membongkarnya, bahwa dia adalah antek Amerika dan menjalankan rancangan Amerika, hanya Hizbut Tahrir saja, di seluruh penjuru dunia Arab. Bukan Ikhwan al-Muslimin, juga pasti bukan para pengikut Ba'ats. Bukan pula pengikut Sosialis, dan juga bukan yang lain.
Dengan demikian, akibat dari semuanya itu, maka Hizb menerima banyak sekali ujian, khususnya pada tahun 1956 dan 1957. Setelah nasionalisasi Terusan Suez, tutur al-Ustadz Fauzi, "Saya ingat, bahwa Hizb atau mayoritas syabab Hizb, tak seorang pun di antara mereka yang selamat dari penganiayaan, cemoohan, cacian, dan pukulan. Saya masih ingat, waktu itu saya dipukuli berkali-kali di 'Ariah. Ketika itu, calon yang akan dipilih (dalam pemilihan parlemen) adalah Syaikh Idris. Kami singgah ke sana karena kampanye pemilu. Para pengikut Naser dan Sosialis menyerang kami. Mereka melempari kami dengan batu, sehingga kami terpaksa kembali. Itulah peristiwa di 'Ariah."
Sosok Para Aktivis Hizbut Tahrir:
As-Syaikh Ibrahim Ahmad Hind Abu Mundzir, menyatakan bahwa urusan (dakwah) ini gampang-gampang susah, seperti kalau Anda mengukir di padang pasir. Seperti yang pernah disampaikan Syaikh Taqiyuddin, rahimahu-Llah,
"Anda mengukir di padang pasir, meskipun peralatan-peralatan kita, yaitu perlengkapan pemikiran, jauh lebih kuat."
Abu Ahmad Hind sendiri mempunyai pengalaman langsung membagikan selebaran (nasyrah) dari tangan ke tangan, pada tahun 1952 dan 1953.
As-Syaikh 'Abbas bin al-Haj, menuturkan pengalaman sosok as-Syaikh Ahmad Da'ur, rahimahu-Llah. as-Syaikh Ahmad Da'ur adalah sosok dari jamaah ini yang banyak mendapat siksaan fi sabilillah dan dalam berdakwah. Sosok ini untuk beberapa waktu ditugaskan ke Suriah, dengan menaiki kendaraan. Ketika sudah berada di al-Mafradh, wilayah ar-Rumtsa, ada sejumlah polisi membikin brikade dengan tugas sebagai pasukan anti-narkoba. Akhirnya mereka menangkap as-Syaikh Ahmad Da'ur. Mereka mengatakan, "Ini Syaikh Ahmad." Mereka pun kembali ke penjara.
Beliau bertahun-tahun lamanya mendekam di penjara. Alhamdulillah, orang-orang Sosialis yang berada di dalam penjara, di al-Mahatthah, akhirnya menjadi para pengemban dakwah. Beliau mengatakan, ”Melalui penjara tersebut, seruan Allah dipenuhi... Mereka menyediakan urusanmu, menyediakan sejadah. Saya lebih suka di penjara, ketimbang bebas dari penjara. Karena orang-orang yang ada di penjara jauh lebih menghormati saya, ketimbang orang-orang di luar sana."
Demi Allah, Syaikh Abdul Qadim sendiri, dan juga Syaikh Taqiyuddin, masing-masing telah mengajarkan kepada kami, tutur as-Syaikh 'Abbas al-Hajj tentang al-fida' dari Syaikh Ahmad Da'ur, yaitu pelajaran yang bisa kita ambil dari beliau tentang kesabaran.
Sikap Berani Menentang Kebatilan
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menyatakan bahwa sikap seperti ini, misalanya, yaitu sikap berani Hizb dan tegar dalam memegang kebenaran, adalah seperti sikap yang ditunjukkan terhadap perjanjian Yordania. Pada tahun 1956, Raja mengambil resiko dengan Perjanjian Yordania. Hizb ketika itu melakukan serangan yang sangat kuat.
Perjanjian Yordania itu adalah, perjanjian antara Inggeris dan Yordania, yang kemudian disebut Perjanjian Inggeris-Yordania. Perjanjian yang dibikin oleh Inggeris dengan negara-negara yang pernah dijajahnya. Ketika itu, orang-orang paham, bahwa cengkraman Inggeris telah berakhir dari Yordania. Ketika itu, Hizb mengatakan, bahwa perjanjian ini belum berakhir. Tetapi, sengaja diakhiri, dan diganti dengan perjanjian baru. Raja telah mengakhiri perjanjian ini, tetapi tidak membuangnya. Tetapi, diakhiri untuk diganti, diubah dan dimodifikasi dengan perjanjian baru.
Wakil Hizb di parlemen, yiatu as-Syaikh Ahmad Da'ur, di antara 40 anggota parlemen, beliaulah satu-satunya yang membongkar semuanya tadi. Semua anggota parlemen ketika itu mencaci dan mengecamnya. Demikian juga masyarakat di Yordania juga menyerangnya. Mereka mengatakan, "Tidakkah semua paham, kecuali Hizbut Tahrir. Kalian itu memang aneh."
Ini terjadi pada 1956. Pada tahun 1958, setelah Kudeta Amerika di Irak, yang bertujuan menggulingkan keluarga Raja, dan berhasil mendudukkan Abdul Karim Qasim, maka pasukan Inggeris turun di bandara 'Amman dan 'Aqabah. Orang-orang pun baru teringat apa yang pernah disampaikan oleh Hizbut Tahrir. Mereka mengatakan, "Tidak ada paham, kecuali Hizbut Tahrir."
Sikap yang lain, juga ditunjukkan oleh as-Syaikh Taqiyuddin kepada Raja Abdullah. Raja Abdullah telah mendengar tentang Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dia pun mengutus orang untuk membawa beliau ke istana. Dia mengatakan, "Apa yang kami dengar tentang Anda, ya Syaikh." Beliau pun diam. Dia bertanya lagi, "Apa yang kami dengar tentang Anda, ya Syaikh." Beliau pun diam. Dia pun berkata kepada beliau, "Ya Syaikh (Maksudnya, Syaikh Taqiyuddin), apakah Anda mau berkawan, sebagaimana orang yang menjadi kawan kami? Apakah Anda mau menjadi musuh, sebagaimana orang yang menjadi musuh kami?" Beliau pun menjawab, "Saya telah berjanji kepada Allah dan Rasul-Nya untuk mengambil Islam dan kaum Muslim, dan memerangi orang-orang Kafir dan Munafik." Dia pun berkata, "Keluar.. Keluar.." Beliau pun diusir dari istana.
Orang pun tahu akan hakikat Hizbut Tahrir yang sesungguhnya, bahwa Hizb tidak mencari dunia. Ia hanya menyampaikan kebenaran. Ia teguh memegang sikap, pandangan dan apa yang disampaikannya. Inilah yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan umat kepada Hizb dan pemikirannya.
Hizb pernah mengelurkan selebaran tahun 1964, ketika organisasi PLO dibentuk. Organisasi PLO tersebut dibentuk pada tahun 1964 di atas Jabal Zaitun. Hizb mengeluarkan selebaran, bahwa organisasi ini dibentuk untuk membersihkan Krisis Palestina. Orang-orang pun mengikuti Hizb dan pandangan ini. Kemudian mulai tampak aksi fisik, aksi Fidayen, dan keberadaan Fidayen menjadi besar di kalangan anak-anak, di bagian Timur Yordania dan Libanon. Aksi Fedayen ini juga harus dihadapi dan dibongkar dengan penuh kejujuran dan keberanian oleh Hizbut Tahrir.
Menurut as-Syaikh Fathi Salim, isu yang pertama kali diadopsi oleh Hizb memang isu Palestina. Hizb mengadopsi Isu Palestina ini dengan segala aspeknya.
Resiko Perjuangan
Jurubicara Hizbut Tahrir Sudan, al-Ustadz 'Utsman Abu Khalil, menyatakan bahwa hal yang alami, kalau aktivitas ini akan menghadapi perlawanan dari para antek penjajah dan orang-orang Kafir, karena mereka tahu bahwa dakwah ini yang pertama-tama adalah untuk mengembalikan umat dalam posisi kedua menjadi umat nomer satu, dan mengembalikan negara Islam menjadi negara nomer satu. Sementara para antek penjajah itu hanyalah mempertahankan kursi mereka.
Mereka juga tahu, bahwa dakwah yang diserukan oleh Hizbut Tahrir adalah dakwah ---sekalipun menjadi kewajiban umat--- yang nota bene merupakan perjuangan umat, yang selalu dinanti dan diharapkan. Karena itu, mereka pun ketakutan dan gemetar, sehingga mereka berusaha mempertahankan mati-matian kursinya. Maka, mereka pun melakukan konspirasi jahat terhadap Hizb, seperti penindasan dan pembuangan.
Sejak pertama kali, mereka pun telah melakukan tindakan kepada syabab, kemudian mereka berusaha memutus penghasilan mereka, dan diisolasi hingga dibentuklah pengadilan bohong-bohongan, menipu dan memancung syabab. Ada juga sebagian negeri Islam yang melakukan pemenjaraan tanpa proses pengadilan. Ini yang terjadi dengan Hizb, tetapi Hizb tetap bertahan hingga dimunculkannya ide-ide bohong, sebagai upaya untuk menghakimi secara terbuka terhadap semua musibah yang pernah dialami oleh Hizb, dan semua aktivitas Hizb.
Sosok Amir Hizb Kedua
Pada tahun 1978, Syaikh al-Azhar yang baru, yaitu as-Syaikh Abdul Qadim Zallum, memimpin Hizb untuk jangka waktu kurang lebih seperempat abad. Hizb telah mengalami tranmisi secara kuantitatif dan kualitatif, dimana Hizb berjuang di lima benua. Sel-selnya pun mulai berkembang. Para pendukungnya pun bertambah hingga mencapai jutaan orang. Pemikiran pokoh Hizb pun tersebar luas, yaitu pemikiran untuk menegakkan Khilafah Islam, menjadi buah bibir. Pemikiran itu pun berkembang di dunia Islam dengan sangat cepat, yang mengalami tranmisi dari satu tempat ke tempat lain, laksana angin dan cahaya. Pemikiran Hizb pun mengakar di setiap negeri Muslim. Seiring dengannya, mengakar pula aktivitas politik Islam, setelah sebelumnya dilarang.
Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, menuturkan sejarah singkat as-Syaikh Abdul Qadim. Beliau berasal dari kota al-Khalil. Ayahnya, Syaikh Yusuf Zallum. Ayahnya, as-Syaikh Yusuf penghafal al-Qur'an al-Karim, dan pernah mendoakan anaknya, yaitu as-Syaikh Abdul Qadim sendiri agar menjadi orang shalih dan hafal al-Qur'an. Dan Allah telah mengabulkan doanya.
Keluarga as-Syaikh Abdul Qadim,  adalah keluarga yang banyak  berkorban dan berjuang untuk dakwah. Semuanya pernah menerima ujian dan dianiaya di jalan Allah, dengan penganiayaan yang luar biasa. Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth menyebut mereka, bahwa mereka itu ibarat keluarga Yasirnya zaman ini. Inilah keluarga beliau.
Saksi sejarah yang lain, as-Syaikh Fathi Salim menuturkan, ketika almarhum as-Syaikh Abdul Qadim Zallum, amir Hizb yang kedua menjadi amir, urusan Hizb dalam kondisi stabil. Karena itu, Hizb mengalami tranmisi. Dengan kata lain, mulai terjadi penyebaran yang sangat cepat, dan keluar (dari dunia Arab) hingga sampai ke berbagai penjuru dunia. Artinya, dakwah Hizbut Tahrir bisa ditemukan di berbagai tempat, di mana. Di setiap penjuru dunia ada syabab. Ada berbagai kajian atau halqah, berbagai selebaran (nasyarat) dan seterusnya. Maka, jasa Syaikh Abdul Qadim Zallum, amir yang kedua adalah penyebaran Hizb dan perluasan aktivitas Hizb dan organisasinya.
Al-Ustadz 'Utsman Abu Khalil, menyatakan bahwa as-Syaikh yang baru ini telah berjuang untuk Islam dan wafat demi Islam. Namun, seorang tokoh boleh saja meninggal dunia, sementara pemikirannya tetap ada (tidak hilang). Berbagai aktivitasnya yang agung juga tetap, tak pernah sirna, demi agama Islam yang agung ini, dan demi mereka. Berbagai kebaikan yang mereka buka pun abadi, sebagaimana cahaya yang melintasi sejarah. Umat ini pun tak pernah punah, juga para tokoh yang memimpinnya untuk menunaikan amanat ini, yang membimbing mereka meraih kebaikan, dan berusaha menerangi jalan mereka, meraih jalan yang lurus. Dan as-Syaikh kita ini adalah di antara mereka.
Suksesi Kepemimpinan Berikutnya
Telah wafat as-Syaikh Zallum, yang mengabdikan hidupnya untuk Islam dan meninggal dunia demi Islam pada tahun 2003. Namun, seorang tokoh boleh saja meninggal dunia, sementara pemikirannya akan tetap abadi, dan amalnya pun tak pernah sirna. Kemudian setelah itu, kepemimpinan Hizb diterima oleh al-'Alim 'Atha' Abu Rusythah.
Beliau telah mengikuti langkah perjuangan, dan tetap memegang kendali Hizb yang tinggi ini, yang bertekad untuk mendirikan negara Khilafah, dan bertekad mengenyahkan semua rintangan yang menghalangi tercapainya tujuan yang berharga dan mulia ini.
Melalui kepemimpinan al-'Alim 'Atha' Abu Rusythah, Hizb telah melakukan berbagai aktivitas politik dan intelektual yang luar biasa. Menunjukkan adanya kegairahan dan kecepatan. Yang terpenting, dua tahun sebelumnya, syabab Hizb telah menyebarkan seruan kepada umat Islam serentak di 25 negara. Al-'Alim 'Atha' Abu Rusythah telah menyerukan seruan tersebut dengan suaranya:
Wahai kaum Muslim!
Inilah seruan kami kepada saudara, sebagai pelajaran, peringatan, dan kabar gembira.
Pelajaran kepada saudara akan kemuliaan yang pernah saudara nikmati ketika Khilafah masih ada, dan kehinaan yang saudara pernah alami, setelah lenyapnya Khilafah.
Peringatan kepada saudara, bahwa saudara sebenarnya mampu mengalahkan kaum kafir penjajah dan anak asuhnya, negara Yahudi. Bahkan, dengan izin Allah, saudara akan menjadi umat yang terkuat dan paling mulia di seantero dunia ini. Itu hanya bisa terjadi jika saudara berhasil mendirikan Khilafah saudara, dan saudara pun mendapatkan ridha Tuhan saudara, dan berarti saudara telah menyiapkan kemuliaan saudara.
Saudara kabar gembira itu adalah, karena Hizbut Tahrir terus berjanji kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin untuk melanjutkan perjuangannya demi tegaknya Khilafah. Sementara Rasulullah saw sendiri telah memberikan kabar gembira kepada saudara akan kembalinya Khilafah, yaitu Khilafah Rasyidah. Hizb sangat yakin akan berdirinya Khilafah, dan masanya itu —dengan izin Allah— benar-benar telah tiba.
Maka, bergabunglah dengan Hizb untuk mendirikannya, maka saudara pasti akan mendapatkan kebaikan dan pahala bersamanya. Ikut mendirikan Khilafah tidak sama dengan setuju kepada Khilafah setelah Khilafah berdiri. Jangan sampai saudara kehilangan kesempatan penting ini. Karena berjuang bersama Hizb sebelum Khilafah berdiri, jelas berbeda dengan berjuang dengan Hizb, setelahnya.
Inilah penjelasan kepada umat manusia, petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Urgensi Khilafah dan Kewajiban Umat
Al-Ustadz 'Utsman Abu Khalil menyatakan, bahwa sesungguhnya Khilafah merupakan keniscayaan. Orang-orang yang mengatakan, bahwa Khilafah itu utopis sebenarnya mereka adalah orang-orang lemah dan pemalas. Tapi, bagi kita yang Mukhlis  mengimani Allah dan kabar gembira dari Nabi saw. yakin betul bahwa Khilafah akan kembali, dan eranya telah tiba dan inilah saatnya. Sesungguhnya kebaikan akan membuktikannya di seluruh dunia, berdasarkan keyakinan kepada Allah dan berdasarkan dekatnya waktu penyerahannya, insya Allah. Cukuplah bagi kita sebagai pendorong, sebuah hadits Rasulullah, yang menyatakan bahwa Khilafah akan kembali di akhir zaman. Khilafah Rasyidah, berdasarkan tuntunan Nabi, yaitu kekhilafahan seperti Khilafah Rasul.
Al-'Allamah as-Syaikh Abu al-Hasan al-Anshari menyatakan, bahwa jika demikian, yang dituntut dari umat adalah membantu Hizb, berpihak kepadanya, melindungi Hizb, karena Hizb tidak berjuang kecuali di tengah-tengah umat. Jadi, Hizb berasal dari umat, di tengah-tengah umat dan untuk umat. Karena itu, yang dituntut dari umat adalah mengetahui, bahwa Hizbut Tahrir didirikan setelah melalui kajian yang mendalam dan cemerlang terhadap Sirah Nabawiyah (perjalanan hidup Nabi), serta mengikuti langkah-langkah Rasulullah saw. Setelah terbukti konsisten, sejak dibentuk pertama kali hingga sekarang, maka umat harus mengetahui bahwa Hizbut Tahrirlah pengemban cita-cita umat yang sejati. Hizbut Tahrir tidak pernah mengubah, mengalami perubahan dan pergeseran, tidak juga bisa ditawar dan menawar, serta tak seorang pun bisa mengenyahkannya. Ini membuktikan keikhlasannya, dan perjalanannya untuk meraih tujuan sebagai perjalanan yang bersih.
Keberhasilan Hizb
Hizbut Tahrir telah mengalami perkembangan yang luar biasa dalam kiprah politik dan perjuangannya untuk mencapai terealisasinya tujuan, yang menjadi tujuan didirikannya Hizb. Hizb telah berhasil mengembalikan kepercayaan umat kepada Islam politik serta kewajiban untuk mengembalikan negara Khilafah. Dengan taufik dari Rabb semesta alam, Hizb juga mempunyai andil dalam meruntuhkan Sosialisme, Sekularisme dan Nasionalisme, dan menyingkirkannya dari jalan. Hizb telah menyiapkan UUD dan hukum-hukum untuk umat dalam rangka melakukan perubahan mendasar ketika negara Khilafah berdiri, dari kehidupan yang dicengkram dengan pemikiran dan sistem Kufur menuju kehidupan Islam yang sempurna, yang diperintah berdasarkan pemikiran dan hukum yang bersumber dari Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya saw.
Hizbut Tahrir adalah satu-satunya partai, yang lebih dari setengah abad, tidak pernah mengubah konsep dan metodenya. Namun tetap teguh berpegang pada sikapnya, dan tidak pernah mengalami pergeseran sedikit pun. Dengan begitu, justru kekuatannya semakin meningkat, dan tinggal Hizbut Tahrirlah satu-satunya yang tidak pernah mengubah dan mengganti prinsip-prinsip perjuangannya secara mutlak. Bagi Hizb, pemikirannya telah menjadi rahasia hidup dan kelangsungannya. Di depannya tak ada lagi yang lain, kecuali tercapainya tujuan Hizb. Dengan izin Allah, itu hanyalah tenggat waktu yang singkat, hingga Hizb berhasil memerintah berdasarkan apa saja yang telah diturunkan oleh Allah, serta menegakkan negara Khilafah yang kedua, berdasarkan tuntunan Nubuwwah, sebagai bukti akan kebenaran sabda Nabi saw.
"Kemudian akan ada Khilafah berdasarkan tuntunan kenabian."
Islam pun akan tersebar di seluruh penjuru dunia, sehingga tak tersisa satu rumah pun, baik di kota maupun di desa, kecuali pasti akan dimasuki oleh Islam, dengan kemuliaan yang memuliakannya, atau kehinaan yang menghinakannya.
Arti Khilafah Bagi Hizbut Tahrir
Akhirnya, al-Ustzdz 'Utsman Abu Khalil menyatakan, bahwa negara Khilafah, pertama-tama bagi Hizb bukanlah utopis. Namun, ia berarti sebuah keyakinan. Yang bagi umat, berarti partainya yang melindungi mereka dari konspirasi jahat musuh, dan Hizb menjadi pengurus mereka dan rahasia mereka. Bagi dunia, Hizblah yang akan menyelamatkannya dari berbagai nestapa dan derita, dimana semua umat manusia, di seluruh dunia, akan hidup dalam kebaikan.
Ketika as-Sayikh Ibrahim Ahmad Hind ditanya, tentang bagaimana gambaran hidup dalam naungan Negara Khilafah? Beliau menyatakan, "Saya seperti dilahirkan kembali, ketika masanya telah tiba. Artinya, kita akan menjadi terlahir kembali. Allah akan memuliakan kita dengan kemenangan yang agung, jauh lebih besar dari apa yang telah kita dapat, dan jauh lebih banyak ketimbang apa yang telah kita perbuat."  
Seruan dan Doa:
Anda tidak akan dibiarkan begitu saja. Ingat, setelah hari ini, masih ada hari esok. Ingatlah, Anda akan menjadi penghuni Huwwah (liang lahat). Ingat, itu tak lain adalah kuburan. Maka, siapkanlah segala kekuatan yang Anda mampu siapkan untuk menghadapinya. Ingatlah, bahwa takwa itu adalah perhiasan Nabi Anda, maka kerjakanlah. Sementara kedurjanaan merupakan perhiasan syaitan, maka janganlah Anda ambil. Ingatlah, telah ditegakkan garis tujuan yang jelas kepada Anda, dengan hujjah yang kuat; dengan berita dari langit, dan pelajaran dari bumi.
Wahai Tuhanku, yang tak tersentuh oleh mata, dan tak terlihat oleh seorang pengawas pun. Merugilah usaha seorang hamba yang tidak menjadikan kecintaan kepada-Mu sebagai bagian dari usahanya. Wahai Tuhanku, inilah keadaan kami, yang tak satupun tersembunyi dari-Mu. Inilah ketidakberdayaan kami, yang tampak jelas di hadapan-Mu.
Ya Allah, tolongkan kami dengan pertolongan-Mu, untuk mewujudkan (kemuliaan agama)-Mu. Ya Allah, tolongkan kami dengan pertolongan-Mu, untuk mewujudkan (kemuliaan agama)-Mu. Kumpulkanlah kami dengan-Mu. Lindungilah kami dari yang lain, selain diri-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih. Ya Allah, siapa saja yang menginginkan kebaikan untuk kami dan agama ini, maka berikanlah taufik kepadanya dengan kebaikan. Ya Allah, siapa saja yang menginginkan keburukan untuk kami dan agama ini, maka ambilah dia dengan keperkasaan dan kekuasaan-Mu, karena tidak ada satupun yang bisa melemahkan keperkasaan-Mu, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, sesungguhnya orang yang menanamkan kebatilan itu telah tidur, dan waktu memanennya telah tiba, maka mudahkanlah kekuasaan untuknya agar bisa memanen kebenaran.
Apakah Anda tidak tergerak, wahai umat Islam, sampai kapan? Sampai kapan? Kelak akan berdiri Khilafah berdasarkan tuntunan kenabian. Benarlah, Rasulullah saw.

0 comments:

Post a Comment



 

MENGENAL HIZBUT TAHRIR